Wednesday, October 5, 2016

NEGERI DIATAS AWAN, TERASING DI NEGERI SENDIRI.

Catatan kecil perjalanan :

....... Suatu hari, di tahun 2003.
Mobil Jip Long Chasis berwarna putih yg diimport dari Australia itu membawaku dari Kota tempat Pesawat mendarat di Pulau terbesar, di ujung timur negeri ini..

Mobil melintasi tanjakan-tanjakan terjal,, meliuk-liuk tikungan-tikungan. Jalan aspal mulus, diiapit kiri-kanan Hutan Lebat, belantara yg masih perawan.

Untuk bisa memasuki jalan ini, kita harus mengajukan ijin beberapa bulan sebelumnya.
Di beberapa tempat, jalan ditutup, harus melintas Pintu Peneriksaan yg di jaga oleh satuan Tentara. Pemeriksaan ini bukan hanya sekali, dua kali, tetapi berberapa kali . Sungguh suatu penjagaan yg super ketat !

Dalam benak aku berada di tengah hutan belantara, tetapi setelah beberapa waktu, ........... setengah terbelalak, ..... dihadapanku, sebuah kota kecil yg tertata rapi dengan pemandangan seperti di perumahan Negara para Bule !

Area Komplek kotak-kotak, terbelah jalan yg mulus, Rumah-rumah bercat putih tanpa pagar satu sama lain.


Ada Minimarket, ATM, Lapangan Olah Raga beralas rumput sintetis, Stasiun Radio FM, lengkap layaknya fasilitas di kota besar !
Hilir mudik orang-orang Bule, aku merasa menjadi orang asing yg berada di Negara asing, Negara kecil yg berada di pedalaman Negeri sendiri !

Bermalam di kamar yg Kulkasnya dipenuhi berbagai minuman. Esok paginya, bermodal Kartu Akses yg sdh diterima beberapa hari sebelumnya, aku berkeliling "Negeri asing kecil " itu. Sepanjang Kartu Akses itu bisa membuka pintu tempat berbagai sarana yg ada ( termasuk Kantin, tempat makan, hiburan), selama itulah kita bisa menikmatinya ( gratis ).
Diberbagai tempat didominasi hilir mudiknya wong bule. Makanan, makanan wong bule, benar-benar serasa di negeri wong bule !

Usai makan pagi, yang didominasi makanan Eropa, dengan kendaraan Jip yg sejenis sehari sebelumnya, aku dibawa menuju tempat yang lebih tinggi.
Terlihat ujung puncak gunung yg dikelilingi Es, Salju. Menambah pemandangan benar-benar seperti di negerinya wong bule ! ( dalam hati, ini Indonesia lho.... ! ).

Beberapa saat kendaraan masuk terowongan.
Terowongan yg menembus Batu. Dan batu itu sebesar Gunung ! Alias, kita masuk ke " perut " Gunug, yang gunungnya berupa "satu batu besar " !


Terowongan itu diterangi lampu berwarna kekuningan, sepanjang terowongan ada pipa udara yg menghembuskan udara dari luar agar orang tdk kekurangan oksigen.
Terowongan itu amat panjang, dan layaknya jalan di kota. Ada perempatan lampu merah, pertigaan, tikungan, dan Papan penunjuk arah ke berbagai lintasan.
Di beberapa tempat ada semacam Shelter untuk menunggu, bila jalannya sempit dan antar kendaraan harus salah satu menunggu lainnya bisa lewat.

Lebih dari 40 menit aku berada di " perut batu besar " itu.
Dan ........ diujung terowongan itu, sebuah area yg maha luas, dikelilingi punggungan gunung. Di punggungan gunung itu setiap beberapa ratus meter terlihat tempat penjagaan, yg dijaga Tentara !.

Udara cerah, awan melintas bebas, Puncak gunung yg berselimut salju, aku berdiri di Negeri Diatas Awan !


Ada Kereta Gantung panjang, seperti Bus Gandengan, yg melintasi jurang dalam. Didalam Kereta Gantung itu, pulahan Pekerja menuju ke tempat tugasnya masing-masing di area yg maha luas itu.
Hilir mudik Truk-truk super besar, Dump Truck, hilir mudik mengangkut bebatuan. Ditengah area luas itu jurang dalam, yg dikelilingi jalan melingkar-lingkar. 
Alat-alat berat skbuk menggali, kendaraan pengangkut yg super besar hilir mudik.


Batu-batuan yg diangkut bebatuan itu ada yg berserat-serat kuning. Kuning yg sejak sejarah manusia dihargai sebagai barang mahal.Kuning diantara Hitamnya warna kulit penduduk asli setempatnya.
 Yang masih gelap dalam keserjahteraan hidupnya .!
( sampai kapankah batu-batu itu tetap mengalir ke negeri orang ? ).

Aku berdiri di Negeri diatas awan, terasing di Negeri sendiri ! .....