Tuesday, November 10, 2009

Lintas Alam Bermotor, Dari Tambang Emas Liar
sampai Tambang Batu Kapur

Kabut baru luruh pagi itu, dimana kami bertemu di depan pintu masuk komplek perumahan Kota Wisata, Cibubur, sebagai meeting point rencana perjalanan lintas alam ber motor kami hari itu, Sabtu 31 Oktober 2009.

Kegiatan lintas alam bermotor kali ini diikuti 5 Motor Trail, 2 Kawasaki KLX 250, 2 Kawasaki KLX 150 dan 1 Beijing Cross 200.
Satu Motor diantaranya (KLX 250) ”bergabung mendadak dan kebetulan’’ setelah bertemu kami di SPBU, Cikeas. Jadilah kami ber lima pagi itu memulai penjelajahan lintas alam diatas masing-masing Motor Trail.

Menjawab Kepenasaranan :
Jalan raya Jonggol – Cianjur tidak begitu padat pagi itu, sehingga kami bisa mengembangkan kecepatan rata-rata diatas 65 km / jam.

Tujuan kami adalah menjelajah hutan gunung Subang yang berada di kampung Sigeung, Sukaharja, Jonggol, lebih kurang 16 km kepedalaman dari jalan raya Jonggol – Cianjur.

Ditengah-tengah lingkungan hutan yang semakin gundul dan rusak, Gunung Subang terlihat masih utuh hutannya. Didominasi pinggirnya oleh hutan Pinus yang masih rapat. Inilah yang membuat kami penasaran, mengapa hutannya masih terjaga ditengah-tengah hutan yang kini semakin langka ?

Hutan Pinus, di Pintu masuk Gunung Subang

Jam 09.30 kami sudah berada di kampung Sigeung, yang terletak di bibir hutan, sebagi pintu masuk ke kawasan gunung itu. Dengan info yang sudah kami kumpulkan sebelumnya, kamipun masuk ke hutan itu.

Jalan tanah selebar satu mobil kami menyambut kami. Namun setelah melalui beberapa percabangan, dan 2 jembatan kecil, jalan menyempit dan tinggal hanya untuk jalan kaki...!

Jalan setapak itu selain sempit, dikiri nya jurang yang dalam, berkelok-kelok dan menanjak...!

Trek ini menguras tenaga kami dan tenaga motor kami. Rasa ciut dan was-was melihat bibir jalan sebelah kiri kami, didasarnya terlihat dasar jurang yang dalam dan menanti kami bila salah perhitungan mengendari tunggangan kami.

Jalan setapak menuju Tambang Emas Liar

Pada suatu tanjakan yang terhalang batu, saya, sebagai kendaraan pembuka jalan, terpeleset ketika roda menginjak batu yang lepas. Roda motor terangkat dari tanah, ”ciuman bumi” tak urung harus dinikmati !

Semakin jauh kedepan, jalan ini semakin sempit dan sulit dilalui. Sampai pada satu titik dimana terdapat parit berbatu yang dalam, dan didepanya tanjakan dengan kemiringan antara 75 - 80 derajat ! Kamipun menyerah untuk melaluinya ..!

Dihadapan kami terhampar hutan yang rapat, dibeberapa tempat ada tanaman Kopi. Dan jauh diatas tebing yang curam itu gubuk-gubuk berderet di depan lubang-lubang galian.

Dan ternyata....gubuk-gubuk itu adalah gubuk para penambang.! Penambang Emas liar....! Itulah mengapa hutan ini dibiarkan utuh, seolah pagar yang mengahalangi pandangan, agar lokasi itu terlindung.!

Konon info dari penduduk setempat, selain para investor gelap, beberapa kali terlihat orang asing datang ke lokasi ini menyewa ojek dan jalan kaki.

Berlatar belakang Gunung Batu, mencuat menggapai awan.

Puncak Pass II, Pasir Halang :
Dari gunung Subang, kami berbalik arah menuju Gunung Batu yang menjulang tinggi, mengerucut. Setelah puas memandang keindahan gunung batu, kami lanjutkan melalui jalan berbatu yang sedang diperlebar antara Gunung Batu dan Sukawangi. Inilah jalan yang konon di tahun 2010 akan menjadi jalan alternatif untuk mengatasi kemacetan di jalan Raya Puncak Pass !


Ditengah alam yang masih asri, sudah terasa geliat akan keramaian di jalan ini. Dibeberapa tempat ada lahan yang diratakan, mungkin untuk rumah makan atau Villa.

Di Salah satu tikungan, air terjun jatuh dari tebing. Gemiriciknya mengundang kami untuk beristirahat di tepinya.

Gemericik Air, Irama alam di Pasir Halang

Sukawangi, puncak melepas pandang :
Diujung jalan berbatu, kami membelok ke kiri. Jalan tanah setapak, meliuk-liuk membelah hutan dan pematang.

Wangi rerumputan, udara yang segar, menjadi penyemangat petualangan kami diatas jok motor. Jalan setapak ini begitu panjang dan menanjak terus, membelah rimbunnya pohon-pohon.


Bentang Alam ini akan terusik menjadi Jalan Alternatif Puncak Pass II
Diujung jalan ini berupa puncak tertinggi, ditepi jurang, dimana kami bisa melepas bebas pandangan kearah jalan-jalan yng telah kami lalui sebelumnya. Gunung Batu yang sebelumnya terlihat gagah tegak berdiri, sekarang terlihat hanya sebuah noktah yang menonjol dari hijaunya alam.

Altimeter di tempat ini menujukan angka lk. 950 meter dari permukaan air laut (mdpl). Ditempat ini kami beristirahat siang. Mengeluarkan alat masak, dan Mie Instant yang kami masak, sungguh nikmat di santap menjadi menu makan siang kami..!


Makan siang diantara Ilalang Puncak Pasir Halang

Menyeberang batas Bogor – Cianjur :
Saat Matahari berada diatas ubun-ubun, kami tinggalkan Puncak Pasir Halang. Punggungan gunung yang diapit jurang dalam di kiri kanan kami adalah suguhan trek alam sebelum kami memasuki kampung Sukawangi.

Rumah penduduk yang terpencar-pencar diselingi hutan, kebun kopi, jalan setapak yang membelah kampung adalah santapan pemandangan dan suasana yang kami nikmati. Setelah menikmti jalan kampung sepanjang lk. 6 km, kami masuk kembali ke jalan setapak diantara sawah-sawah dengan terasiring yang tertata indah.

Tidak begitu lama kami disuguhi turunan tajam, dan diujungnya sebuah jembatan gantung membelah Sungai Cibeet.


Melintas Kampung Sukawangi

Karena kondisi kayunya yang sudah rapuh, ditambah tautan kabelnya yang lapuk, kamipun memeriksa kembali kondisi jembatan ini sebelum kami lalui.
Satu persatu dengan rasa was-was kami lalui ”jembatan goyang” ini.

Selepas jembatan, tanjakan curam menyambut kami, jalan hanya berupa jalan pematang, yang mebelah pesawahan. Kamipun dituntut untuk tidak berhenti, karena tidak ada pijakan kaki dikiri kanan kami. Sekali salah perhitungan, motor berhenti, tergulinglah ke sawah ...!


Sungai Cibeet yang kami lalui adalah batas wilayah antara Kabupaten Bogor dan Cianjur. Kini kami berada di wilayah Cianjur. Anak-anak SD berlarian menyambut kami.

Trek berikutnya, kami masuk ke Perkebunan Teh dengan jalannya yang tertutup rapat ilalang. Samar-samar kawasan Kota Bunga, Cipanas terlihat diantara birunya langit siang itu.

Selepas Kebun Teh, jalan menurun tajam. Diujung trek ini jembatan sempit menghadang kami kembali. Diseberang Jembatan ini kembali kami berada di wilayah Kabupaten Bogor.



Melintas Jembatan Goyang

Cicatang – Cioray – Kalapa Nunggal :
Langit mendung, dan gerimis sisa membasahi jalan saat kami memasuki daerah Pabuaran di jalan antara Jonggol - Citeureup.

Sebelum kami lanjutkan perjalanan memasuki trek jalan setapak kembali, kami mengisi bensin, karena jalan berikutnya adalah jalan setapak di tengah hutan.

Awan hitam menggantung di bibir hutan yang akan kami lalui.
Selepas kampung Cicatang, yang menjadi pintu gerbang ke jalan setapak hutan Cioray, kami disuguhi jalan tanah berbaur batu. Hujan gerimis telah membuat trek menjadi licin. Berkali kali kami harus terpaksa turun dari motor karena Motor tidak bisa dikendalikan. Beberapa turunan dengan jembatan kecil di ujungnya membuat kami ciut saat melewatinya.


Menyeberang anak sungai Cipamingpis

Tidak begitu lama , kami dihadang anak sungai Cipamingpis dengan batu-batu besar menghadang. Ditengah deraan kelelahan badan, salah satu rekan kami, Pengendara Beijing Cross 200, perlu tambahan tenaga untuk keluar dari sungai itu. Dorong mendorong motorpun kami lakukan untuk melalui sungai ini.


Usai trek yang menanjak terus dengan bibir jurang di kanan kiri kami, menjelang sore kami masuk ke kampung Cioray. Cioray, sebuah Kampung terpencil ditengah hutan ini kami lewati dengan penuh kehatian-hatian, karena turunan dan tanjakannya berupa jalan batu yang sangat licin. Tegur sapa penduduk, sambutan keceriaan anak kampung menjadi teman penyemangat kami.


Dorong mendorong, kerja sama kami

Menjelang Maghrib, kami sampai di ujung kampung Cioray yang berbatasan dengan hutan. Sebuah turunan terjal dengan panjang lintasan berupa jalan tanah lk. 50 meter menghadang kami. Disi kanan, jurang yang dalam dengan tumbuhan liar yang diselilingi pohon-pohon Kopi. Disebalah kiri, tebing tinggi. Rimbun pohon dan cuaca buruk mengaburkan pandangan kami.

Saya yang mendapat tugas sebagai penunjuk jalan, kebagian urutan pertama untuk menuruni turunan tajam ini. Lampu dinyalakan, dan baru kami turuni, seorang penduduk muncul dari rerimbunan menuju arah yang berlawanan / berpapasan dengan kami.

Di jalan yang sempit dan menurun tajam itu, kondisi lintasan begitu licin. Sampai setengah lintasan motor masih bisa dipertahankan pada jalur yang dikehendaki. Namun mendekati penduduk yang berjalan di depan tadi, sulit untuk menghindarinya. Dalam kondisi yang kritis itu, motor diarahkan ke tebing (sebelah kiri), roda belakang terpeleset, dan motor berhenti setelah ”mencium” tebing..!

Pekat Malam, Kunang Kunang dan Deru hujan ditengah hutan :
Setelah membuka ”puskesmas” darurat untuk mengobati lecet-lecet akibat ”ciuman” dengan tebing, kamipun istirahat sejenak diwaktu Maghrib.

Dihadapan kami kini hutan yang rapat, gelap. Saat di tengah hutan, gemuruh hujan semakin jelas terdengar menambah ciut nyali kami. Ditengah guyuran hujan, malam yang pekat kami lalui hutan ini. Jalan tanah yang licin, tanjakan berbatu-batu sangat menguras tenaga kami.

Dalam istirahat ditengah basah kuyupnya badan kami, kerlap-kerlip binatang Kunangkunang yang terbang terang diantara pekatnya malam, menghadirkan sebuah lukisan alam malam, menjadi teman kami.

Di beberapa tempat dalam sorot lampu motor kami, terlihat kiri kanan batu-batu kapur tersibakan dari hamparan perdu. Hutan ini sudah mulai dijamah sebagai Tambang Batu (lengkaplah kami menyusuri dari Tambnag Emas liar sampai tambang batu..!)

Berkali kali roda motor kami terjererembab di ”waterline”, karena tidak ada pilihan lain untuk melintasi trek ini.

Sambutan hangat anak-anak kampung Cioray


Setelah susah payah, menguras tenaga yang melelahkan, akhirnya kami lihat temaramnya lampu-lampu pabrik Semen di daerah Cibinong, menandakan kami lepas dari dekapan hutan.

Waktu menunjukan sekitar pukul 20.00 ketika kami memasuki jalan raya, setelah sebelumnya beristirahat di sebuah warung di bibir kampung Klapa Nunggal yang bertepian dengan hutan.

Di sebelah kantor Polsek, dekat Stasiun Pengendali Satelit Cibinong, kami berkumpul untuk saling menyapa selamat berpisah, kembali ke rumah masing-masing. Sampai jumpa sobat di jelajah berikutnya..!!

(Momon S. Maderoni)

Sunday, November 8, 2009

Motoadventure, Memacu Adrenalin diatas Motor Trail

Saat para Politisi sibuk mencari pasangan berkoalisi, kami sibuk mencari teman berkoalisi untuk memacu adrenalin diatas jok Motor Trail.

Melalui e-mail, terkumpullah beberapa penggemar Motor Trail.

Sabtu, 16 Mei, kami jadikan acara jalan bareng bersama untuk Ber Motoadventure menyusuri jalan setapak dirimbunnya hutan daerah Cioray, Jonggol.

Namun kegiatan pertama ini belum bisa diikuti oleh semua penggemar motor trail. Terkumpul 10 orang peserta, dan 1 orang Wartawan dari Tabloid Otomotif.

Pk. 08.30 kami berangkat meninggalkan SPBU Petronas Cibubur sebagai meeting point. Deru iring-iringan motor trail berbagai merk membelah keramaian lalu lintas menuju Cikeas. Dari Cikeas melalui jalan yang lengang, kami menyusuri kampung, sehingga sampai di Klapa Nunggal, sebagai pintu masuk menuju jalan tanah ke hutan dibalik gunung kapur Cibinong.

Di jalan ini satu motor sudah mogok. Setelah ditunggu bisa jalan kembali. Kami sempat tersasar 2 kali karena kehilangan orientasi jalan masuk menuju hutan.

Setelah menemui jalan masuk ke hutan yang benar, Kembali satu motor mengalami kerusakan. Tidak beberapa jauh, satu motor kembali mogok setelah
terjatuhditanjakan yang curam.

Menjelang hutan yang lebih dalam, satu motor lagi mogok, jalannya tanpa traksi karena bannya yang sudah gundul. Sisanya tinggal 6 Motor.

Tanjakan-tanjakan curam, lumpur yang dalam, jalan berbatu, jalan tanah ditengah hutan, kami lalui sampai pertengahan kampung Cioray.

Lepas dari Cioray kami disajikan turunan yang curam dan licin. Bahkan disatu tempat motor tidak dapat kami kendalikan karena saking curam dan licinnya jalan setapak, sementara dikiri kami jurang dalam dan lebar yang menanti kami bila terjatuh. Hanya skill memainkan grip gas, rem, kopling, stang dan kestabilan tubuh lah modal untuk melewatinya.

Setelah disajikan pemandangan kawasan sisa hutan kawasan Jonggol, kami lewati 2 sungai, nyali pemberani diperlukan untuk melewatinya.

Usai istirahat siang, kami melanjutkan perjalanan ke Kampung Pasir Awi. Disini kami mampir ke Situs Sejarah Pasir Awi, dimana terdapat Tapak Kaki diatas Batu, dipuncak sebuah Bukit yang menghadap lepas ke lembah dengan pemandangan yang indah.

Pada suatu tanjakan jalan tanah, satu motor rekan dari Sewatama, tanpa terkendali, lompat dan jatuh ke bibir tebing yang cukup tinggi. Dengan upaya yang susah motor tersebut dan pengendaranya berhasil diangkat. Lumayan beberapa bagian motor rusak, namun masih bisa melanjutkan perjalanan kembali.

Kami lanjutkan lagi perjalanan menyusuri jalan tanah diantara ilalang, menerobos hutan. Hari menjelang Ashar ketika kami temui titik akhirnya, berupa jalan aspal yang menghubungkan kota Jonggal dan Sentul, Bogor.

Kami pacu motor diatas jalan aspal menuju kota Jonggol, membelah jalan kampung.

Jelang adzan Isa kami sudah kembali di Cikeas untuk berpisah sesama peserta setelah lk. 100 km diatas jalan tanah dan aspal, naik turun, melibas lumpur , menikung tajam, mengalirkan adrenalin kami !

(Momon S. Maderoni)