Monday, October 14, 2013

HAMPARAN TENDA DI MINA



 Malam dilalui,  badan dihembus angin malam padang gurun pasir, dalam gelap malam  Mabit (mampir sejenak) usai wukuf di padang Arafah.
( Perjalanan yang  terasa paling berat diantara rangkaian perjalanan ibadah Haji).

Dalam sisa lelah, semangat mengalahkan segalanya. Kaki merayapi anak-anak tangga alami, diantara hamparan tenda-tenda Jamaah.

Puncak bukit disisi utara perbukitan Mina, sebuah tenda berwarna putih kini menjadi “rumah tinggal” kami.

Tak ada strata kehidupan dunia yang selalu dibanggakan seseorang. Semua menghampar, badan hanya tersekat alas tenda dengan bumi, tempat kami nanti kembali.

Sebuah sudut pinggiran Tenda yang nyaris bersinggungan dengan tebing, menjadi tempat nyamanku di dalam tenda.

Dari waktu ke waktu, detik ke detik, lafaz doa terdengar samar dari setiap tenda. 
Kepasrahan, harapan, dan permohonan ampunan, mengalir dalam tunduk-tunduk, sujud yang khusu.
Kucium bumi dalam sujud khusu, bagai mencium hiduo dan matiku.

Malam dipenuhi doa, sampai pada titik lelah mengantarkan tidur….

Jelang Subuh, antrian Jamaah di pintu Kamar mandi. Tak ada sikut-sikutan, dorong-dorongan yang biasa merasa aku lebih dari yang lain. Semua dalam ke setaraan.!

Sisa kantuk dan  kaki lelah, tak menyurutkanku melangkah, meniti setiap pijakan tanah bukit.
Sampailah pada titik tertinggi.
Subhanallah,..!
Lembah dan bukit Minadi penuhi hamparan Tenda-tenda putih.! Tertata rapi, jalan mulus membelah deretan tenda, bagai perumahan elit, jalan dan persimpangan mengingatkan pada kmplek perumahan elit..


Matahari membuka hari,  pelan-pelan naik, cahayanya menerobos diantara ujung-ujung kerucut  tenda.

Entah kapan aku akan menyaksikan ini lagi……