Catatan Kecil Perjalanan : Geliat "menghadirkan kembali Kota Tua Jakarta.
Patut diapresiasi buat duet Jokowi - Ahok dalam memberikan perhatian thd bangunan-bangunan bersejarah di sekita kota tua Jakarta.
Geliat perbaikan, pentaan Kota Tua sudah terasa.
Namun ada yang masih mengganjal, terlepas ini "peninggalan kebijakan"
Gubernur sebelumnya atau bukan, kiranya tempat-tempat seperti itu akan
lebih baik "terbebaskan" dari penempatan pihak swasta untuk usaha
komersial, misalnya untuk Restaurant dan Cafe.
Dengan adanya
penempatan usaha yang menempati Bangunan tersebut, maka khalayak tidak
bisa bebas menikmati dan akses ke tempat tersebut. Kalaupun berminat
harus "menebus dengan menjadi pengunjung" Restaurant tersebut, yang
harga sajiannya hanya mampu ditebus kalangan atas..!
(Kasihan Pelajar dan Mahsiswa yang sepatutnya bisa masuk dan mempelajari peningglan sejarah tsb..!).
Disamping membatasi akses, Restaurant dan Cafe tersebut juga menjadikan kondisi yang tdk selaras dengan lingkungan yang ada.
Ada tirai jendelanya bahkan warna dan hurufnya huruf China. Tidak sesuai dengan asli kolonial nya..!
Yang tidak kalah penting juga adalah " Pemeliharaan " setelah Renovasi besar-besaran tersebut, agar uang Rakyat tida sia-sia.
( Perlu keseriusan dan konsisten..! )
Mampukah Jokowi dan Ahok untuk ini ?
Kita lihat, dan semoga !!! .....
Alam adalah Guru tertua Manusia. Dalam perjalanan menjelajahnya, Tuhan menunjukan ayat-ayat kehidupan dan ayat alam yang nyata. Sebagai tanda kebesaranNya maupun potret pelajaran hidup dan kehidupan, yang menjadi bahan perenunganku yang layak diambil maknanya. Semoga catatan perjalanan hidup dan kehidupan " rumah kata " ini bermanfaat untuk sesama. (Momon S. Maderoni)
Friday, November 22, 2013
LAGU LAMA DARI NEGERI PARA PEMBUAL.
Tiba-tiba saja banyak dari mereka yang mengaku orang-orang susah (dulunya).
Tiba-tiba saja banyak dari mereka yang mengaku anak-anak Petani (dulunya).
Tiba-tiba saja ada yang mengaku biaya Study keluar negerinya "cuma" bermodal 5.000 Dolllar Amerika dan bertahan hidup dengan jadi pencuci piring....
Tiba-tiba saja negeri ini dipenuhi oleh cerita muram para tokoh (yang akan men "tokohkan"), perjuangan hidup masa mudanya, "kedekatan" dengan kemiskinan.
Tiba-tiba pamer kaki diatas lumpur sawah.
Bukankah keharian kaki-kaki itu setiap saat melintas diatas lantai Marmer rumahnya yang bagai Istana ?
Tiba-tiba ada tangan menenteng bungkusan " kantong kresek" berisi sayuran di Pasar Tradisional yang kumuh dan bau.
Bukankah mereka selama ini menenteng "barang-barang mewah buatan luar negeri", ber shoping ria di Mall-mall mewah ?.
Dan ada pula Jendral-Jendral yang bergelimang harta, kemudian tiba-tiba mengaku sebagai "Parjurit yang sederhana".
Ada kaki yang selalu dibungkus Sepatu berharga jutaan, lantas tiba-tiba telanjang di antara tanah sawah, sambil berteriak lantang aku Pejuang (setidaknya "calon" pejuang) para Petani dan Nelayan.
" Lagu Lama " , dari Negeri Para Pembual...!
Tiba-tiba saja banyak dari mereka yang mengaku anak-anak Petani (dulunya).
Tiba-tiba saja ada yang mengaku biaya Study keluar negerinya "cuma" bermodal 5.000 Dolllar Amerika dan bertahan hidup dengan jadi pencuci piring....
Tiba-tiba saja negeri ini dipenuhi oleh cerita muram para tokoh (yang akan men "tokohkan"), perjuangan hidup masa mudanya, "kedekatan" dengan kemiskinan.
Tiba-tiba pamer kaki diatas lumpur sawah.
Bukankah keharian kaki-kaki itu setiap saat melintas diatas lantai Marmer rumahnya yang bagai Istana ?
Tiba-tiba ada tangan menenteng bungkusan " kantong kresek" berisi sayuran di Pasar Tradisional yang kumuh dan bau.
Bukankah mereka selama ini menenteng "barang-barang mewah buatan luar negeri", ber shoping ria di Mall-mall mewah ?.
Dan ada pula Jendral-Jendral yang bergelimang harta, kemudian tiba-tiba mengaku sebagai "Parjurit yang sederhana".
Ada kaki yang selalu dibungkus Sepatu berharga jutaan, lantas tiba-tiba telanjang di antara tanah sawah, sambil berteriak lantang aku Pejuang (setidaknya "calon" pejuang) para Petani dan Nelayan.
" Lagu Lama " , dari Negeri Para Pembual...!
PENGKABURAN SEJARAH.
Sautu hari di tengah perjalanan Goes sepeda seorang diri, karena
gerimis numpang mampir di pangkalan ojek di ujung jalan di daetah
Cikarang.
Disatu sisi pangkalan ojek yg beratap seadanya itu, ada Gerobak warung Rokok.
Ditengah suasana gerimis itu, ku dengar obrolan Si Penjual Rokok dengan Si Tukabg Ojek tentang Sinetron Cerita Sejarah yg kini banyak di tayangkan di Tipi.
" Wah makin seru Sinetron. .... " kata si Tukang Ojek ke Si Penjual Rokok sambil menyebut Judul salah satu Sinetron.
" Tapi itu beda dengan cerita di sejarahnya yang gue baca " jawab si Penjual Rokok sambil terua bercerita apa yg dia tahu ttg sejarah itu.
Spontan, dalam hati aku bangga, mendengar jawaba itu.
Disatu sisi pangkalan ojek yg beratap seadanya itu, ada Gerobak warung Rokok.
Ditengah suasana gerimis itu, ku dengar obrolan Si Penjual Rokok dengan Si Tukabg Ojek tentang Sinetron Cerita Sejarah yg kini banyak di tayangkan di Tipi.
" Wah makin seru Sinetron. .... " kata si Tukang Ojek ke Si Penjual Rokok sambil menyebut Judul salah satu Sinetron.
" Tapi itu beda dengan cerita di sejarahnya yang gue baca " jawab si Penjual Rokok sambil terua bercerita apa yg dia tahu ttg sejarah itu.
Spontan, dalam hati aku bangga, mendengar jawaba itu.
Si Penjual Rokok ternyata cukup tahu dan cerdas
pengetahuannya tentang Sejarah. " Jauh lebih cerdas dari pada
Produser, Sutradara dan Penulis Cerita Sinetron itu. !
Sungguh tidak bertanggung jaawabnya mereka, kaum Sineas itu menyimpangkan, mengaburkan fakta Sejarah !!
Sinetronnya hanya mengangkat gedebak-gedebuk berantemnya, dari pada isi sejarahnya yang benar.
Kasihan generasi muda, anak-anak di jejali sejarah yang salah. !
Jangan-jangan cerita Kian Santang menjadi hasil para Kaum Sineas negeri ini yg Kian Sinting. .,!
Sungguh tidak bertanggung jaawabnya mereka, kaum Sineas itu menyimpangkan, mengaburkan fakta Sejarah !!
Sinetronnya hanya mengangkat gedebak-gedebuk berantemnya, dari pada isi sejarahnya yang benar.
Kasihan generasi muda, anak-anak di jejali sejarah yang salah. !
Jangan-jangan cerita Kian Santang menjadi hasil para Kaum Sineas negeri ini yg Kian Sinting. .,!
Sunday, November 3, 2013
DITEPI DANAU RAJA, KETIKA SEJARAH BAGAI CERITA LAMA TAK BERMAKNA
Terakhir berkunjung ke kota kecil di Provinsi Riau ini tahun 1985, saat berkesempatan menyusuri Sumatera dari Aceh sampai Jakarta, saat Mahasiswa.
Di ujung Oktober 2013, ada kesempatan lagi dalam suatu perjalanan, untuk singgah lagi di Rengat, yang terkenal juga sebagai Kota Kedongdong.
Di depan Bangunan Replika Istana Indragiri
Kota kecil yang dapat dijangkau lk. 4 jam perjalanan darat dari Pekanbaru ini terkenal akan Kerjaan Indragiri nya, kota yang didirikan oleh Sultan Ibrahim ke 18.
Rengat berkembang sekitar abd ke 18 hingga abad ke 19. Konon Istana Kerjaaan Rengat ini sekarang tinggal petilasnnya, yang sebagian bisa dilihat saat air Sungai Indragiri menyusut. Beberpa sisa bangunanya akan terlihat.
Bingkai alam pagi, Danau Raja
Sayang, silsilah kerajaan Indragiri ini sekarang sudah tidak jelas. Namun yang mempunyai garis keturunan, sampai saat ini, di depan namanya menggunakan nama Raja.
Maka Rengat pun dikenal dengan Kota Raja, karena banyak nama-nama bergelar Raja.!
Teratai dan tumbuhan liar
Di dekat Sungai dan Istana ada sebuah Danau yang konon merupakan tempat mandi dan bersantai Sang Raja. Makanya nama Danau ini dinamakan Danau Raja.
Danau yang berada di tepi jalan raya, dan dekat dengan Sungai Indragilir ini, sayangnya tidak terawat. Konon dulunya Danau ini adalah Kolam Kecil, kemudian berubah membesar dan menjadi Danau.
Ilalang dan Rumput Liar, hiasan tepian Danau
Terlepas benar atau tidaknya cerita tersebut, Danau ini cukup luas dan indah. Dikeliling kawasan dengan Pepohonan,
Danau ini pernah di tata sedemikian rupa sebagai obyek Wisata. Disekelilingnya dipagar, dibuatkan jogging track, dan disalah satu sisinya yang memisahkan dengan Sungai Indragiri, dibangun Replika Istana Indragiri.
Bangunan di tepi Danau, yang konon bekas Musabaqoh Tilawatil Qur'an
Sayang sekali, semua yang ada sudah tidak terawat. Bangunan Replika Istana yang dibangun dehgan uang Rakyat menjadi bangunan tak bertuan. Plapon yang jatuh, debu tebal melapisi lantainya, foto para Bupati, Raja bagai hiasan tak berarti menggantung disisi sisi dinding.
Air Danau kotor, rumput tinggi, ilalang tumbuh dimana-mana, sehingga pantas bila pada malam tanggal 27 bulan Februari 2013 menjadi tempat yang aman bagi 4 oang Pemerkosa memperkosa seorang Siswi SMA secara bergiliran.!
Mengais sedikit Rizky, disisa keindahan
Diatas permukaan air danau bukanlah lagi bunga Teratai. yang indah, tetapi tumbuhan liar yang kotor..
Beberapa Pria dengan mengayuh Sampan Kayu kecil menyusuri dari satu tepi ke bagian tepi Danau menjala ikan, demi untuk memenuhi kebutuhan sejengkal perutnya..!
Andai Sang Sastrawan terkenal yang lahir di Rengat ini masih ada, Chairil Anwar, mungkin iapuan akan menceritakan cerita sedih diatas sampan Danau ini.
Bagian dalam Bangunan Replika Istana yang penh debu
Dua anak Sekolah SMA yang melintas di tepi Danau ini pagi itu, kutanya :
" Apakah bangunan itu Istana Kerajaan ? " seraya aku menunjuk Bangunan di tepi Danau.
Jawabnya singkat :
" Tidak tahu ! ".
Foto Sang Raja, menggantung berdebu di ruang sepi
Sejarah...oh....sejarah hanya dipandang cerita lama tak bermakna. Menyedihkan..!
Saturday, November 2, 2013
OUTSOURCHING ?
( Diskusi pagi dengan Sang Anggota DPRD )
Suatu pagi, di Pontianak saat akan makan pagi di sebuah
Hotel, tanpa sengaja satu meja dengan seorang Anggota DPRD suatu daerah di Jawa
Barat, yang konon anggota Komisi yang mengurusi tentang Tenaga Kerja.
Ngalor-ngidul ngobrol, sampai pada diskusi ringan tentang
Outsourching.
Sang anggota Dewan yang konon banyak memperhatikan Buruh Pabrik
sekitar jalan Jakarta - Bogor itu bilang bahwa tidak setuju dengan
Outsourching.
Dia menggebu-gebu agar Outsourching dihapuskan ( entah ini
berdasarkan hasil telaahnya yang mendalam, atau sekdar mendapat dukungan dari para
Buruh…he..he..he..).
Saya ngobrol santai saja, sambil sebisaya berpendapat.
(seperti dalam tulisan dibawah ini )
Mengapa Outsourching
? :
Dengan keterbatasan pengetahuan saya, saya bilang, bahwa Tenaga
Outsourching sebenarnya syah-syah saja bila yang di outsourching adalah bukan
"bagian utama dari mata rantai produksi suatu perusahaan" dan
"bukan bagian inti dari core business" Perusahaan tersebut.
Sebagai contoh, Cleaning Service, atau Satpam, tentu bukan
bagian dari bisnis intinya (core
business) sebuah perusahaan yang memproduksi Rokok.
Tetapi bagian yang bertugas “memasukan rokok ke bungkusnya
“ (kalau dilakukan secara manual), maka mereka
menjadi bagian dari mata rantai inti produksi.
Cleaning Service syah
saja di Outsoursching, tetapi mereka yang bertugas memasukan Rokok ke Bungkusnya
tidak harus di outsourching. Demikian kata saya seolah ahli Tenaga Kerja kepada
Sang Anggota Dewan tersebut he..he..he..
Apa
Keuntungannya ? :
Sebuah
Perusahaan memberikan suatu Pekerjaan, tidak hanya semata memberi “ tugas”, tetapi Perusahaan harus juga
memikirkan “jenjang karir” dan “Training yang sesuai” untuk orang tersebut.
Nah,…bagaimana
pun berprestasinya seprang Cleaning yang
bertugas di Perusahaan Rokok, atau mungkin Perusahaan Pertambangan, tentu tidak
ada Jenjang Karir berikutnya !
Andaikan
Cleaning Service tersebut bekerja di Perusahaan Cleaing Service, tentu ia akan
mendapat pendidikan di bidangnya dan jelas jenjang Karirnya. (mungkin suatu
saat ia naik menjadi jenjang Koordinator).
Karena
Perusahaannya memang dibidang Jasa Cleaning Serive.!
( dengan
sedikit penuh intonasi saya sampaikan pada si Anggota DPRD
tersebut…he,.he…he,..).
Mengapa
mereka nuntut jadi Pegawai Tetap ? :
Nah ini
persoalan yang terjadi, Tenaga Outsourching menuntut menjadi pegawai tetap ke
Perusahaan yang menerima Jasanya , malah bukan pada Perusahaan Cleaning Service
perusahaan yang merekrutnya !
Seharusnya
mereka minta menjadi Pegawai Tetap pada perusahaan Cleaning Service yang
menggajinya.!
Perushaan
jasa penyedia Tenaga Kerja seperti layanan Clenaing Service tersebut melakukan
PKWT ( Perjanjian Kerja Waktu Terbatas )
dengan para Cleanernya berdasarkan masa konrak dari Perushaan Clenaing tersebut
dengan Perusahaan yang memerlukan jasanya ( Customer nya).
Hal ini yang
“meresahkan” para Cleaner, maka mereka menuntut agar ada kepastian kerja dan
fasilitas sesuatu atauran sebagai Karyawan Tetap.
Idealnya
Perusahaan Cleaning Service tersebut mengangkat Clener tersebut menjadi
Karyawan Tetap terlebih bila selama 3 kali perpanjngan PKWT menunjukan kerja
yang baik dan diperlukan tenaganya.
Hal ini akan
memicu Perusahaan Cleaning Service tersebt untuk berusaha survive mendaptkan
kontrak pekerjaan dengan Customer secara terus menerus, dan ini mendorong
menjadi perusahaan yang professional di bidangnya.
Apa
Keuntungan Sistim Outsourching ? :
Keuntungan
bagi Tenaga Kerja Outsourching :
-
Mendapat pendidikan dan training di bidangnya.
-
Ada jenjang Karir selanjutnya.
Keuntungan
bagai Perusahaan penerima Jasa :
-
Tidak direpotkan dengan pekerjaan yang buka core
businessnya, sehingga lebih konsentrasi pada bidangnya.
-
Setipa saat selalu tersedia tenaga kerja bidang
tsb dengan jumlah yang tersedia sesuai kontrak.
( tidak terhambat adanya Karyawan yang
absen, sakit, mangkir).
-
Tidak perlu menyedikan jenjang Karir dan
Training pekerja yang memang bukan
menjadi Core Businiessnya.
Keuntungan
bagai Perusaan Outsourching :
-
Menjadi Perusahaan penyedia jasa yang
professional di bidangnya.
Sekilas
Kasus :
Banyak
Perusahaan buruhnya demo, dimana Perusahaan tersebut yang Satpamnya adalah Satpam
internal (Karywan tetap) .
Namun relative
sedikit yang dialami oleh Perusahaan yang
Satpamnya tenaga Outsourching dari Perusahaan Security (yang
Professional).
Mengapa ?
Karena
Satpam nya melaksanakan tugasnya dari perushaan outsourching sebagai tenaga
Pengamanan Perusahaan, dan itu tugas utamanya sebagai Tenaga Security !
Sementara
kalau Satpamnya dari internal, mereka adalah menjadi bagian dari yang demo.
Salahkah
Pekerja Outsourching menuntut jadi Pegawai Tetap ?
Tidak salah
!
Selama
menuntut pada Perusahaan Outsourching yang menerimanya mereka bekerja.
Bukan menuntut
pada Perusahaan yang melakukan kontrak kerja dengan Perusahaan
Outsourchingnya..!
Lantas apanya yang salah selama ini ?
Sosialisasi dan edukasi tentang Outsourching itu kepada Buruhnya. Dan banyak Perusahaan Outsourching yang kurang professional, bahkan di beberapa daerah, Perusahaan ini oleh Manajemennya tidak lebih hanya sekedar "bendera" untuk mendapatkan pekerjaan (dan keuntungan bagi pemiliknya), tanpa memikirkan upah yang layak dan jaminan sosial ( hanya sebatas UMR ), training yang tepat dan jenjang karir selajutnya (bagi yang berprestasi).
( Sang
Anggota DPRD mengangguk-anggguk, entah paham, entah sekedar basa-basi.
Selebihnya saya bicara tentang pariwisata dengan Sang Dewan itu..!)
Subscribe to:
Posts (Atom)