Sunday, August 25, 2013

MENCARI 40

"Konon" katanya Hidup dimulai usia 40 tahun.
Karena di usia itu dianggap sudah matang, cukup pengalaman, dan posisi karir umumnya sudah di jenjang yang cukup dalam strata organisasi karirnya.

Usia 40 tahun juga " konon " , datanganya "puber kedua".
Dengan segala kematangan, kemapanan, pengalaman, ingin "menambah pengalaman", didorong pula bermodal kemampuan financial dan kemapanan yang ada.



Jadi usia 4o tahun,  selain titik sukses juga jadi titik kritis. Bisa saja semangat mencari "pengalaman kedua" , membuahkan petaka kehidupan keluarga..!

Namun Usia 40 bagi yang memaknai perjalanan kehidupan di dunia adalah sementara, menuju kehidupan abadi kelak yang harus "menyiapkan bekal selama di dunia", berarti KESEMPATAN menyipakan bekal itu tinggal sebentar.

Kalaulah rata-rata manusia sekarang "pensiun sebagai manusia" di usia 60 tahun. Berarti waktu yang tersedia tinggal 20 tahun.
Hanya tinggal "sepertiga dari perjalanan hidupnya..! ".
Cukup siapkah mengumpulkan bekal selama sisa hidup itu ?

Mencari Empatpuluh :
Angka 40 ternyata punya makna bagi seseorang dalam kehidupannya :
Titik kemapanan (kesuksesan), Ujian dan "peringatan" tentang sisa perjalanan hidupnya (di dunia).

Dan ternyata angka 40 puluh juga adalah suatu "tantangan" untuk dicari sebagai bekal di detik akhir perpisahan dengan kehidupan dunia..!



Karena dengan mengumpulkan sejumlah angka sampai ke 40 diakhir kehidupan, akan menjadi salah satu jalan yang "melapangkan khubur kita".

Kita harus berusaha mendapatkan 40 manusia (minimum), entah itu anak kita, kerabat kita, tetangga kita, teman kita, yang pada saat jasad kita akan dikuburkan, mereka "dengan ikhlas membacakan Al Fatihah".

Hanya dengan berkawan baik dengan sebanyak-banyaknya teman, menjaga silaturahmi dengan Keluarga dan Kerabat, berbaik dengan Tetangga, selalu bertemu dan berjamaah di Mesjid, target mencari 40 itu InsyaAllah akan tercapai...!

Saturday, August 24, 2013

TAK ADA HARAP DI SISA PARUH MALAM.



Toko swalayan yg menyandang "Mart" merasuk masuk ke pelosok kampung daerah terpencil.

Bahkan Satu group korporasi pemilik toko swalayan itu mungkin sudah melebihi kuotanya, karena sudah terlalu banyak. Bim salabim, diciptakan nama baru yg beda dikit dengan kakaknya, dari Mart menjadi Midi.

Group swalayan asingpun ikut rame-rame merambah. Dari mulai Swalayan serba ada, nempel di POM Bensin (SPBU), sampai tempat nongkrong anak-anak muda.


Jarak satu sama lain hanya dalam hitungan puluhan meter, bahkan berhadap-hadapan, berdampingan.

Warung-warung kecil, warung tradisional, gerobak rokok semakin tergusur.

Sudah kalah dalam fasilitas, modal, lokasi  dan kelengkapan barang jualan, "kesempatan waktu" pun semakin terdesak. Toko swalayan diberi hak buka 24 jam.!
 
Gerobak rokok dan warung klontong tradisional yg berharap rizky disisa paruh malampun semakin tersungkur tak berdaya.

Bagai tusukan akhir yg mematikan, toko swalayan pun kini diberi hak jual makanan mateng, olahan siap saji, layaknya warung makanan, Restaurant.

Warung milik Koperasi pun tak berdaya melawan serangan para warung milik Korporasi, yang menyerang, merambah sampai ke pelosok kampung.


Maka kini,  bukan hanya gerobak rokok dan warung klontong tradisional yg tersungkur.
Esok lusa, tinggal menunggu waktu, "warung makan" akan menutup pintunya,  tak ada lagi harap sisa rizky disisa trotoar dan sisa paruh malam.

Dibangunlah rasa gengsi, dicampakan nasib anak-anak negeri, yg berharap rizky demi sejengkal perut disisa paruh malampun luruh sirna diterjang ketidak adilan tanpa perlindungan.!...

Thursday, August 22, 2013

NIAT JADI USTADZ ARTIS, ARTIS USTADZ..?

USTADZ ARTIS, ARTIS USTADZ....?

Artis, Pelawak "tidak sedikit" kalau sudah tidak laku, menurun pamornya, beralih jadi Penceramah Agama  ( walau tidak semuanya ).

Penceramah, Ustadz "tidak sedikit" kalau sudah amat sangat laku, pamornya naik, beralih layaknya jadi Artis.
Pasang tarif mahal, hanya mau hadir di tempat ber ac, hotel mewah, layar kaca, pakai Management yang orientasinya bukan mengatur jawal, tetapi Menetapakn Tarif Tampil.

Karena Ustadz semacam ini menempatkan dirinya Sebagai Artis, maka akupun (sebagai umatnya) menganggap dia sebagai Artis.

Kalau dia menempatkan sebagai Ustadz, salah benarnya tetap di dengarkan, jelek cakep rupanya tetap dilihat.

Kalau dia menempatkan sebagai Artis,  ada yang aku suka, atau tidak suka bahkan aku benci. Karena itulah hak ku. .!

Makanya ada Ustadz menempatkan sebagai Artis  ada yang aku suka, aku benci, aku kesel liatnya....!
( Salah satunya, liat penampilan, dan cara ngomongnya yang Tidak Aku Suka adalah si Atis Solmed..).

Dalam Agama ada pelajaran, Semuanya tergantung Niat. Mau niat jadi Artis yang cari duit melalui penampilan Agama atau niatnya jadi Ustadz untuk membimbing Ummat ?

Tuesday, August 20, 2013

PRESIDEN KU MALAM INI



Seorang Pria usia diatas 53 tahunan, berpeci hitam khas Indonesia, berdiri gagah di mimbar.

 Bendera merah putih kecil diatas mimbarnya dan puluhan Microphone berjajar di depan mimbar.

Ruangan mewah luas, dipenuhi para Pemimpin, Tokoh dunia hampir seluruh negara, duduk di kursi yang empuk, memenuhi ruangan.

Lelaki yang di mimbar menjadi sentral perhatian dari seluruh hadirin, para pemimpin Negara dari seluruh belahan dunia yang ada di ruangan itu.

Dengan suara yang penuh wibawa, lelaki di mimbar itu berkata :
“ Yang mulai Saudara-saudar para pemimpin dunia, perkenankan saya untuk bicara tentang Negara kaya, yang bagai sekeoing tanah Sorga yang terlempar ke bumi ini.

Yang Maha Kuasa, memberikan berkah Cahaya matahari sepanjang tahun dan hujan yang menyuburkan tanah kami, yang mungkin tidak diberikan pada Negara tuan-tuan.

Diatas tanah kami, hamparan hutan yang hijau, dilapisan tanah bawahnya ada batubara, di bawahnya lagi ada Minyak dan Gas dan juga emas serta berbagai material lainnya.

Dari Sabang di ujung barat, sampai Merauke di ujung timur, hamparan keindahan alam, dan keragaman budaya adalah kekayaan dan kekayaan jiwa-jiwa kami, putra-putri negeri kami..! ”

Pria itu bicara dengan jelas, lantang, dan berwibawa walaupun “tanpa tangan mengepal” yang sudah jadi “pemandangan usang” yang sering ditiru para elit politik negeri yang beranama Indonesia.

Para hadirin di ruang itupun terkesima dengan gaya bicaranya. Iapun melanjutkan biacara :
“ Sebenarnya dengan kekayaan alam itu, kami tidak perlu lagi banyak keterganungan dari negera tuan-tuan. Tuan-tuan malah sejak berabad abad lalu datang dan meraup paksa kekayaan kami, karena negeri tuan-tuan tak memilikinya.!

Tuan-tuan telah datang dengan cara dagang bahkan dengan cara merampas harta-harta kami. Berabad abad kami hanya menangis diatas tumpukan kekayaan negeri yang tuan-tuan rampas. “

Demikian katanya dengan tegas, tanpa ada beban saat berucap.
“Rakyat kami kini telah bangki menjalankan amanah dan kesadaran dan kesia-sian waktu, dan mengamanahkan padaku, untuk memimpin   negeri yang kaya ini”.
Ia menyeka keringat yang jatuh di dahinya.

“ Aku hanya menjalankan amanah rakyatku. Aku hanya menjalankan amanah rakyatku, bukan partaiKu.!
Aku terlahir memimin, bukan karena aku mengusung nama besar leluhurku dibelakqng namaku !

Aku maju, bukan karena aku Pengusaha yang hndak berkuasa, agar usahaku terlindungi. Bahkan akupun bukan, manusia yang akan maju karena kekuatanku sebagai Jendral…!

Tuan-tuan yang mulia, Pemerintahan kami akan kubentuk dari kumpulan manusia amanah, mereka adalah  adalah rakyat biasa bahkan mungkin jelata, kumpulan orang-orang pilihan, bukan kumpulan orang-orang partai yang hanya ingin  berbagi kebagian kue.! Yang bernama Kue keuasaan..!

Tetapi medeka adalah manusia biasa yang siap berada dibawah reruntuhan rumah  kami yang telah runtuh, untuk sama-sama berdiri membangun rumah yang bernama Rapublik Indonesia.!

Tuan-tuan yang mulia, karean itulah enyahlah cerita masa lalu, yang telah tuan-tuan permainkan untuk Negara kami.!
Tak ada lagi perusahaan Negara-Negara tuan-tuan yang hanya bisa membohongi dan  mengis pun di-pundi tuan-tuan dengan  emas-emas kami..! “

Mendengar kalimat terakhir, seorang pemimpin Negara adi daya yang hadir di ruangan itu tercengang.
“ Tuan-tuan, tegakah kalian membiarkan rakyatku berKoteka, dan berpakaian selembar untaian kulit pohon ? Dengan alasan, biarkan mereka alami. Padahal sebuah upaya perlambatan kemajuan diri meraka yang tuan-tuan inginkan.
.
Dan…tuan-tuan cekoki mereka dengan berbotol-botol minuman keras, agar mereka melayang setengah gila, lupa akan kekayaan negeri tanah tempat kakinya berpijak, sementara tangan-tangan kotor mengambil harta dari bumi mereka ! “.

Aku terlahir untuk mereka, rakyatku. Karena itu aku tak bisa “dimerahkan, dibirukan, dihijaukan bahkan diputihkan”.
Enyahlah para Politikus yang rakus, enyahlah para pemimpin yang hanya mengandalkan kharisma leluhur, enyahlah para pemimpin yang hanya karena Jendral…! ”
   
Lelaki itu seraya menggebrak meja Podium didepannya. Hentakan tangannya keras, dengan kepalan tangan dan otot yang begitu kuat.

Deretan Microphone di podium itu berjatuhan.
Suara gebrakan ke meja amat keras !  
Dan………suara itu membangunkanku  dari tidur panjangku malam ini..!

Oh….Presidenku,  hanya hadir dalam mimpiku malam in..!

Wednesday, August 14, 2013

TAK ADA KIBAR



Hiruk pikuk itu hampir tak terdengar lagi.
 
Tak terdengar lagi "hebohnya" sang Ayah menyiapkan merias Sepeda anaknya untuk pawai.

Tak terlihat lagi pintu gang berhiaskan Gapura, selain kini hanya dipenuhi gambar para Caleg yang tersenyum munafik.

Tak terlihat lagi pohon-pohon disepanjang jalan berlabur putih, atau semaraknya pagar-pagar rumah berlabur cat yang baru.

Tak ada lagi hadiah baju seragam dari orang tua untuk dipakai saat upacara yang istimewa itu.

Tak terdengar lagi teriak penyemangat para peserta lomba permanian trradisional negeri ini, selaian teriak dan hingar bingar para Politisi dengan seribu janji dan gaya bombastis.
 
Tak ada pula kibar bendera di ujung atas kayu pohon pinang yang berlabur pelicin. 
Tak ada kibar..!

( di tepi jalan yg penuh polusi, seorang pengemudi mobil mengganti Ban nya yg kempes.
Usai mengganti Ban, mengelapkan tangannya dengan bendera merah putih kecil yg terpasang di kaca spionnya.

Akupun teringat bendera di rumahku. Mengingat-ingat, dimana disimpan merah putih yg sdh kumal itu. ? ).

DARI KLENIK SAMPAI MOBIL LISTRIK.



Masyarakat kita akan lebih berani melanggar aturan, undang-undang dan segala larangan yang dibuat tertulis.

Tetapi masyarakat kita akan “taat” didasari “rasa takut” akan akibat pelanggarannya, bila yang dilanggar itu hal yang sifatnya “Mistis”, klenik.
Tidak sedikit ketaatatan dan rasa takut pada hal Mistis, klenik melebihi ketaatan pada Agamanya.

Sangsi dan Tulah :
Kalau di Hukum formal, yang melanggar akan dapat “Sangsi” atas pelanggarannya, maka dalam hal Mistis, bagi penggar akan dapat “Tulah”.
Contohnya sangsi mencuri akan di bui sekian bulan, sangsi melanggar kepercayaan mistis, akan dipercaya kena “tulah” turunannya misalnya akan Bisu.
Masyarakat kita akan lebih takut pada Tulah, dari pada sangsi hukum.

Dari Ikan sampai Kepala Kerbau :

Sikap “ketaatan pada mistis, klenik” masyarakat kita ini konon disadari betul oleh Bangsa penjajah, khususnya Belanda.
Dan dijadikan “senjata ampuh” untuk menerapkan aturan, larangan terhadap sesuatu. Karena kalau larangannya berupa tertulis dengan sangsinya, cenderung dilanggar. Tetapi bila larangan itu didasari dari hal mistis, akan ditaati.

“Konon” sebagai contoh, di Kuningan, Jawa Barat,  ada kolam pemandian yang sudah ada sejak jaman Belanda menjajah bumi ini. Kolam itu diisi oleh jenis Ikan yang sengaja dimasukan oleh Belanda, jenis ikan yang khusus, berbadan besar, sifatnya jinak.
Agar dapat berkembang biak, maka harus dijaga agar jangan ada yang diambil oleh penduduk. Kalau saat itu dibuat aturan resmi tertulis, dipastikan akan banyak yang berani mencuri.

Maka dibutlah, aturan mistis yang “diisukan” dari mulut ke mulut. Kalau ada yang mencuri ikan ini ......,maka keturunannya akan ........begini ,....begitu.....(dengan hal-hal yang “menakutkan”).
Ternyata ini lebih ditaati ! Dan sampai sekarang ikan itu hidup di habitat kolam itu...!

Begitu juga di hal lainnya. Saat membangun rumah atau gedung, Pemilik rumah / gedung akan lebih berani melanggar aturan fomal, misalnya keharusan memiliki IMB, keharusan punya penampungan limbah (di Gedung besar), keharusan jarak minimal dari sepadan jalan, keharusan punya minimal area terbuka dari gedung dlsb.

Semua aturan yang ada di Peraturan Resmi ini ini akan berani dilanggar !
Tetapi para pemilik gedung / rumah itu akan “takut melanggar” klenik, mistis berupa keharusan “menanam kepala kerbau..!”

Mobil Listrik dan Klenik :
Kepercayaan hal Mistis bukan saja dianut oleh masyarakat kelas bawah yang tidak berpendidikan.
Sekelas Mentri bahkan Presidenpun masih percaya dan takut melanggar Mistis dan Klenik, daripada melangar aturan, undang-undang.

Maka tak heran, sekelas Menteri, Pak Dahlan Iskan pun akan berani melanggar aturan teknis Uji Kelayakan Mobil, aturan Lalu Lintas bahwa mobil harus punya Dokumen No. Polisi dlsb.
Tetapi Pak Dahlan akan “taat pada ritual yang berbau Klenik”..., Ruwatan Mobilnya itu lebih penting dari pada uji kelayakan dan dokumen lalu lintas atas mobilnya..!