Friday, November 22, 2013

KETIKA TIRAI MERAH DAN HURUF CHINA DI BANGUNAN SEJARAH VOC.

Catatan Kecil Perjalanan  :    Geliat "menghadirkan kembali Kota Tua Jakarta.

Patut diapresiasi buat duet Jokowi - Ahok dalam memberikan perhatian thd bangunan-bangunan bersejarah di sekita kota tua Jakarta.

Geliat perbaikan, pentaan Kota Tua sudah terasa.

Namun ada yang masih mengganjal, terlepas ini "peninggalan kebijakan" Gubernur sebelumnya atau bukan, kiranya tempat-tempat seperti itu akan lebih baik "terbebaskan" dari penempatan pihak swasta untuk usaha komersial, misalnya untuk Restaurant dan Cafe.




Dengan adanya penempatan usaha yang menempati Bangunan tersebut, maka khalayak tidak bisa bebas menikmati dan akses ke tempat tersebut. Kalaupun berminat harus "menebus dengan menjadi pengunjung" Restaurant tersebut, yang harga sajiannya hanya mampu ditebus kalangan atas..!
(Kasihan Pelajar dan Mahsiswa yang sepatutnya bisa masuk dan mempelajari peningglan sejarah tsb..!).

Disamping membatasi akses, Restaurant dan Cafe tersebut juga menjadikan kondisi yang tdk selaras dengan lingkungan yang ada.

Ada tirai jendelanya bahkan warna dan hurufnya huruf China. Tidak sesuai dengan asli kolonial nya..!





Yang tidak kalah penting juga adalah  " Pemeliharaan "  setelah Renovasi besar-besaran tersebut, agar uang Rakyat tida sia-sia.
( Perlu keseriusan dan konsisten..! )

Mampukah Jokowi dan Ahok untuk ini ?
Kita lihat, dan semoga !!! .....

LAGU LAMA DARI NEGERI PARA PEMBUAL.

Tiba-tiba saja banyak dari mereka yang mengaku orang-orang susah (dulunya).

Tiba-tiba saja banyak dari mereka yang mengaku anak-anak Petani (dulunya).

Tiba-tiba saja ada yang mengaku biaya Study keluar negerinya "cuma" bermodal 5.000 Dolllar Amerika dan bertahan hidup dengan jadi pencuci piring....

Tiba-tiba saja negeri ini dipenuhi oleh cerita muram para tokoh (yang akan men "tokohkan"), perjuangan hidup masa mudanya, "kedekatan" dengan kemiskinan.

Tiba-tiba pamer kaki diatas lumpur sawah.
Bukankah keharian kaki-kaki itu setiap saat melintas diatas lantai Marmer rumahnya yang bagai Istana ?

Tiba-tiba ada tangan menenteng bungkusan " kantong kresek" berisi sayuran di Pasar Tradisional yang kumuh dan bau.
Bukankah mereka selama ini menenteng "barang-barang mewah buatan luar negeri", ber shoping ria di Mall-mall mewah ?.

Dan ada pula Jendral-Jendral yang bergelimang harta, kemudian tiba-tiba mengaku sebagai "Parjurit yang sederhana".

Ada kaki yang selalu dibungkus Sepatu berharga jutaan, lantas tiba-tiba telanjang di antara tanah sawah, sambil berteriak lantang aku Pejuang (setidaknya "calon" pejuang) para Petani dan Nelayan.

" Lagu Lama " , dari Negeri Para Pembual...!

PENGKABURAN SEJARAH.

Sautu hari di tengah perjalanan Goes sepeda seorang diri, karena gerimis numpang mampir di pangkalan ojek di ujung jalan di daetah Cikarang.

Disatu sisi pangkalan ojek yg beratap seadanya itu, ada Gerobak warung Rokok.

Ditengah suasana gerimis itu, ku dengar obrolan Si Penjual Rokok dengan Si Tukabg Ojek tentang Sinetron Cerita Sejarah yg kini banyak di tayangkan di Tipi.

" Wah makin seru Sinetron. .... " kata si Tukang Ojek ke Si Penjual Rokok sambil menyebut Judul salah satu Sinetron.

" Tapi itu beda dengan cerita di sejarahnya yang gue baca " jawab si Penjual Rokok sambil terua bercerita apa yg dia tahu ttg sejarah itu.

Spontan, dalam hati aku bangga, mendengar jawaba itu.
Si Penjual Rokok ternyata cukup tahu dan cerdas pengetahuannya tentang Sejarah. " Jauh lebih cerdas dari pada Produser, Sutradara dan  Penulis Cerita Sinetron itu. !

Sungguh tidak bertanggung jaawabnya mereka, kaum Sineas itu menyimpangkan, mengaburkan fakta Sejarah !!

Sinetronnya hanya mengangkat gedebak-gedebuk berantemnya, dari pada isi sejarahnya yang benar.

Kasihan generasi muda, anak-anak di jejali sejarah yang salah. !

Jangan-jangan cerita Kian Santang menjadi hasil para Kaum Sineas negeri ini yg Kian Sinting. .,!

Sunday, November 3, 2013

DITEPI DANAU RAJA, KETIKA SEJARAH BAGAI CERITA LAMA TAK BERMAKNA


Terakhir berkunjung ke kota kecil di Provinsi Riau ini tahun 1985, saat berkesempatan menyusuri Sumatera dari Aceh sampai Jakarta, saat Mahasiswa.

Di ujung Oktober 2013, ada kesempatan lagi dalam suatu perjalanan, untuk singgah lagi di Rengat, yang terkenal juga sebagai Kota Kedongdong.

Di depan Bangunan Replika Istana Indragiri

Kota kecil yang dapat dijangkau lk. 4 jam perjalanan darat dari Pekanbaru ini terkenal akan Kerjaan Indragiri  nya, kota yang didirikan oleh Sultan Ibrahim ke 18.

Rengat berkembang sekitar abd ke 18 hingga abad ke 19.  Konon Istana Kerjaaan Rengat ini sekarang tinggal petilasnnya, yang sebagian bisa dilihat saat air Sungai Indragiri menyusut. Beberpa sisa bangunanya akan terlihat.

Bingkai alam pagi, Danau Raja

Sayang, silsilah kerajaan Indragiri ini sekarang sudah tidak jelas. Namun yang mempunyai garis keturunan, sampai saat ini, di depan namanya menggunakan nama Raja.
Maka Rengat pun dikenal dengan Kota Raja, karena banyak nama-nama bergelar Raja.!

Teratai dan tumbuhan liar

Di dekat Sungai dan Istana ada sebuah Danau yang konon merupakan tempat mandi dan bersantai Sang Raja. Makanya nama Danau ini dinamakan Danau Raja.

Danau yang berada di tepi jalan raya, dan dekat dengan Sungai Indragilir ini, sayangnya tidak terawat. Konon dulunya Danau ini adalah Kolam Kecil, kemudian berubah membesar dan menjadi Danau.

Ilalang dan Rumput Liar, hiasan tepian Danau

Terlepas benar atau tidaknya cerita tersebut, Danau ini cukup luas dan indah. Dikeliling kawasan dengan Pepohonan,

Danau ini pernah di tata sedemikian rupa sebagai obyek Wisata. Disekelilingnya dipagar, dibuatkan jogging track, dan disalah satu sisinya yang memisahkan dengan Sungai Indragiri, dibangun Replika Istana Indragiri.

Bangunan di tepi Danau, yang konon bekas Musabaqoh Tilawatil Qur'an

Sayang sekali, semua yang ada sudah tidak terawat. Bangunan Replika Istana yang dibangun dehgan uang Rakyat menjadi bangunan tak bertuan. Plapon yang jatuh, debu tebal melapisi lantainya, foto para Bupati, Raja bagai hiasan tak berarti menggantung disisi sisi dinding.

Air Danau kotor, rumput tinggi, ilalang tumbuh dimana-mana, sehingga pantas bila pada malam tanggal 27 bulan Februari 2013 menjadi tempat yang aman bagi 4 oang Pemerkosa memperkosa seorang Siswi SMA secara bergiliran.!

Mengais sedikit Rizky, disisa keindahan

Diatas permukaan air danau bukanlah lagi bunga Teratai. yang indah, tetapi tumbuhan liar yang kotor..
Beberapa Pria dengan mengayuh Sampan Kayu kecil menyusuri dari satu tepi ke bagian tepi Danau menjala ikan, demi untuk memenuhi kebutuhan sejengkal perutnya..!

Andai Sang Sastrawan terkenal yang lahir di Rengat ini masih ada, Chairil Anwar, mungkin iapuan akan menceritakan cerita sedih diatas sampan Danau ini.

Bagian dalam Bangunan Replika Istana yang penh debu

Dua anak Sekolah SMA yang melintas di tepi Danau ini pagi itu, kutanya :
" Apakah bangunan itu Istana Kerajaan ? "  seraya aku menunjuk Bangunan di tepi Danau.
 Jawabnya singkat :
" Tidak tahu ! ".

Foto Sang Raja, menggantung berdebu di ruang sepi

Sejarah...oh....sejarah hanya dipandang cerita lama tak bermakna. Menyedihkan..! 

Saturday, November 2, 2013

OUTSOURCHING ?


( Diskusi pagi dengan Sang Anggota DPRD )


Suatu pagi, di Pontianak saat akan makan pagi di sebuah Hotel, tanpa sengaja satu meja dengan seorang Anggota DPRD suatu daerah di Jawa Barat, yang konon anggota Komisi yang mengurusi tentang Tenaga Kerja.

Ngalor-ngidul ngobrol, sampai pada diskusi ringan tentang Outsourching.

Sang anggota Dewan yang konon banyak memperhatikan Buruh Pabrik sekitar jalan Jakarta - Bogor itu bilang bahwa tidak setuju dengan Outsourching.

Dia menggebu-gebu agar Outsourching dihapuskan ( entah ini berdasarkan hasil telaahnya yang mendalam, atau sekdar mendapat dukungan dari para Buruh…he..he..he..).

Saya ngobrol santai saja, sambil sebisaya berpendapat. (seperti dalam tulisan dibawah ini )



Mengapa Outsourching  ? :

Dengan keterbatasan pengetahuan saya, saya bilang, bahwa Tenaga Outsourching sebenarnya syah-syah saja bila yang di outsourching adalah bukan "bagian utama dari mata rantai produksi suatu perusahaan" dan "bukan bagian inti dari core business" Perusahaan tersebut.

Sebagai contoh, Cleaning Service, atau Satpam, tentu bukan bagian dari bisnis intinya  (core business) sebuah perusahaan yang memproduksi Rokok.

Tetapi bagian yang bertugas “memasukan rokok ke bungkusnya “  (kalau dilakukan secara manual), maka mereka menjadi bagian dari mata rantai inti produksi.

Cleaning Service  syah saja di Outsoursching, tetapi mereka yang bertugas memasukan Rokok ke Bungkusnya tidak harus di outsourching. Demikian kata saya seolah ahli Tenaga Kerja kepada Sang Anggota Dewan tersebut  he..he..he..

Apa Keuntungannya ? :

Sebuah Perusahaan memberikan suatu Pekerjaan, tidak hanya semata memberi  “ tugas”, tetapi Perusahaan harus juga memikirkan “jenjang karir” dan “Training yang sesuai” untuk orang tersebut.



Nah,…bagaimana pun berprestasinya seprang Cleaning  yang bertugas di Perusahaan Rokok, atau mungkin Perusahaan Pertambangan, tentu tidak ada Jenjang Karir berikutnya  !



Andaikan Cleaning Service tersebut bekerja di Perusahaan Cleaing Service, tentu ia akan mendapat pendidikan di bidangnya dan jelas jenjang Karirnya. (mungkin suatu saat ia naik menjadi jenjang Koordinator).  

Karena Perusahaannya memang dibidang Jasa Cleaning Serive.!

( dengan sedikit penuh intonasi saya sampaikan pada si Anggota DPRD tersebut…he,.he…he,..).



Mengapa mereka nuntut jadi Pegawai Tetap ? :

Nah ini persoalan yang terjadi, Tenaga Outsourching menuntut menjadi pegawai tetap ke Perusahaan yang menerima Jasanya , malah  bukan pada Perusahaan Cleaning Service perusahaan yang merekrutnya !

Seharusnya mereka minta menjadi Pegawai Tetap pada perusahaan Cleaning Service yang menggajinya.!



Perushaan jasa penyedia Tenaga Kerja seperti layanan Clenaing Service tersebut melakukan PKWT  ( Perjanjian Kerja Waktu Terbatas ) dengan para Cleanernya berdasarkan masa konrak dari Perushaan Clenaing tersebut dengan Perusahaan yang memerlukan jasanya ( Customer nya).



Hal ini yang “meresahkan” para Cleaner, maka mereka menuntut agar ada kepastian kerja dan fasilitas sesuatu atauran sebagai Karyawan Tetap.



Idealnya Perusahaan Cleaning Service tersebut mengangkat Clener tersebut menjadi Karyawan Tetap terlebih bila selama 3 kali perpanjngan PKWT menunjukan kerja yang baik dan diperlukan tenaganya.



Hal ini akan memicu Perusahaan Cleaning Service tersebt untuk berusaha survive mendaptkan kontrak pekerjaan dengan Customer secara terus menerus, dan ini mendorong menjadi perusahaan yang professional di bidangnya.



Apa Keuntungan Sistim Outsourching ? :

Keuntungan bagi Tenaga Kerja Outsourching :

-          Mendapat pendidikan dan training di bidangnya.

-          Ada jenjang Karir selanjutnya.



Keuntungan bagai Perusahaan penerima Jasa :

-          Tidak direpotkan dengan pekerjaan yang buka core businessnya, sehingga lebih konsentrasi pada bidangnya.

-          Setipa saat selalu tersedia tenaga kerja bidang tsb dengan jumlah yang tersedia sesuai kontrak.

( tidak terhambat adanya Karyawan yang absen, sakit, mangkir).

-          Tidak perlu menyedikan jenjang Karir dan Training  pekerja yang memang bukan menjadi Core Businiessnya.



Keuntungan bagai Perusaan Outsourching :

-          Menjadi Perusahaan penyedia jasa yang professional di bidangnya.



Sekilas Kasus :

Banyak Perusahaan buruhnya demo, dimana Perusahaan tersebut yang Satpamnya adalah Satpam internal (Karywan tetap) .

Namun relative sedikit yang dialami oleh Perusahaan yang  Satpamnya tenaga Outsourching dari Perusahaan Security (yang Professional).

Mengapa ?

Karena Satpam nya melaksanakan tugasnya dari perushaan outsourching sebagai tenaga Pengamanan Perusahaan, dan itu tugas utamanya sebagai Tenaga Security !

Sementara kalau Satpamnya dari internal, mereka adalah menjadi bagian dari yang demo.



Salahkah Pekerja Outsourching menuntut jadi Pegawai Tetap ?

Tidak salah !

Selama menuntut pada Perusahaan Outsourching yang menerimanya mereka bekerja.

Bukan menuntut pada Perusahaan yang melakukan kontrak kerja dengan Perusahaan Outsourchingnya..!

Lantas apanya yang salah selama ini ?
Sosialisasi dan edukasi tentang Outsourching itu kepada Buruhnya.  Dan banyak Perusahaan Outsourching yang kurang professional, bahkan di beberapa daerah, Perusahaan ini oleh Manajemennya tidak lebih hanya sekedar "bendera" untuk mendapatkan pekerjaan (dan keuntungan bagi pemiliknya), tanpa memikirkan upah yang layak dan jaminan sosial ( hanya sebatas UMR ), training yang tepat dan jenjang karir selajutnya (bagi yang berprestasi).



( Sang Anggota DPRD mengangguk-anggguk, entah paham, entah sekedar basa-basi. Selebihnya saya bicara tentang pariwisata dengan Sang Dewan itu..!)

   




Monday, October 14, 2013

HAMPARAN TENDA DI MINA



 Malam dilalui,  badan dihembus angin malam padang gurun pasir, dalam gelap malam  Mabit (mampir sejenak) usai wukuf di padang Arafah.
( Perjalanan yang  terasa paling berat diantara rangkaian perjalanan ibadah Haji).

Dalam sisa lelah, semangat mengalahkan segalanya. Kaki merayapi anak-anak tangga alami, diantara hamparan tenda-tenda Jamaah.

Puncak bukit disisi utara perbukitan Mina, sebuah tenda berwarna putih kini menjadi “rumah tinggal” kami.

Tak ada strata kehidupan dunia yang selalu dibanggakan seseorang. Semua menghampar, badan hanya tersekat alas tenda dengan bumi, tempat kami nanti kembali.

Sebuah sudut pinggiran Tenda yang nyaris bersinggungan dengan tebing, menjadi tempat nyamanku di dalam tenda.

Dari waktu ke waktu, detik ke detik, lafaz doa terdengar samar dari setiap tenda. 
Kepasrahan, harapan, dan permohonan ampunan, mengalir dalam tunduk-tunduk, sujud yang khusu.
Kucium bumi dalam sujud khusu, bagai mencium hiduo dan matiku.

Malam dipenuhi doa, sampai pada titik lelah mengantarkan tidur….

Jelang Subuh, antrian Jamaah di pintu Kamar mandi. Tak ada sikut-sikutan, dorong-dorongan yang biasa merasa aku lebih dari yang lain. Semua dalam ke setaraan.!

Sisa kantuk dan  kaki lelah, tak menyurutkanku melangkah, meniti setiap pijakan tanah bukit.
Sampailah pada titik tertinggi.
Subhanallah,..!
Lembah dan bukit Minadi penuhi hamparan Tenda-tenda putih.! Tertata rapi, jalan mulus membelah deretan tenda, bagai perumahan elit, jalan dan persimpangan mengingatkan pada kmplek perumahan elit..


Matahari membuka hari,  pelan-pelan naik, cahayanya menerobos diantara ujung-ujung kerucut  tenda.

Entah kapan aku akan menyaksikan ini lagi……   

Sunday, August 25, 2013

MENCARI 40

"Konon" katanya Hidup dimulai usia 40 tahun.
Karena di usia itu dianggap sudah matang, cukup pengalaman, dan posisi karir umumnya sudah di jenjang yang cukup dalam strata organisasi karirnya.

Usia 40 tahun juga " konon " , datanganya "puber kedua".
Dengan segala kematangan, kemapanan, pengalaman, ingin "menambah pengalaman", didorong pula bermodal kemampuan financial dan kemapanan yang ada.



Jadi usia 4o tahun,  selain titik sukses juga jadi titik kritis. Bisa saja semangat mencari "pengalaman kedua" , membuahkan petaka kehidupan keluarga..!

Namun Usia 40 bagi yang memaknai perjalanan kehidupan di dunia adalah sementara, menuju kehidupan abadi kelak yang harus "menyiapkan bekal selama di dunia", berarti KESEMPATAN menyipakan bekal itu tinggal sebentar.

Kalaulah rata-rata manusia sekarang "pensiun sebagai manusia" di usia 60 tahun. Berarti waktu yang tersedia tinggal 20 tahun.
Hanya tinggal "sepertiga dari perjalanan hidupnya..! ".
Cukup siapkah mengumpulkan bekal selama sisa hidup itu ?

Mencari Empatpuluh :
Angka 40 ternyata punya makna bagi seseorang dalam kehidupannya :
Titik kemapanan (kesuksesan), Ujian dan "peringatan" tentang sisa perjalanan hidupnya (di dunia).

Dan ternyata angka 40 puluh juga adalah suatu "tantangan" untuk dicari sebagai bekal di detik akhir perpisahan dengan kehidupan dunia..!



Karena dengan mengumpulkan sejumlah angka sampai ke 40 diakhir kehidupan, akan menjadi salah satu jalan yang "melapangkan khubur kita".

Kita harus berusaha mendapatkan 40 manusia (minimum), entah itu anak kita, kerabat kita, tetangga kita, teman kita, yang pada saat jasad kita akan dikuburkan, mereka "dengan ikhlas membacakan Al Fatihah".

Hanya dengan berkawan baik dengan sebanyak-banyaknya teman, menjaga silaturahmi dengan Keluarga dan Kerabat, berbaik dengan Tetangga, selalu bertemu dan berjamaah di Mesjid, target mencari 40 itu InsyaAllah akan tercapai...!

Saturday, August 24, 2013

TAK ADA HARAP DI SISA PARUH MALAM.



Toko swalayan yg menyandang "Mart" merasuk masuk ke pelosok kampung daerah terpencil.

Bahkan Satu group korporasi pemilik toko swalayan itu mungkin sudah melebihi kuotanya, karena sudah terlalu banyak. Bim salabim, diciptakan nama baru yg beda dikit dengan kakaknya, dari Mart menjadi Midi.

Group swalayan asingpun ikut rame-rame merambah. Dari mulai Swalayan serba ada, nempel di POM Bensin (SPBU), sampai tempat nongkrong anak-anak muda.


Jarak satu sama lain hanya dalam hitungan puluhan meter, bahkan berhadap-hadapan, berdampingan.

Warung-warung kecil, warung tradisional, gerobak rokok semakin tergusur.

Sudah kalah dalam fasilitas, modal, lokasi  dan kelengkapan barang jualan, "kesempatan waktu" pun semakin terdesak. Toko swalayan diberi hak buka 24 jam.!
 
Gerobak rokok dan warung klontong tradisional yg berharap rizky disisa paruh malampun semakin tersungkur tak berdaya.

Bagai tusukan akhir yg mematikan, toko swalayan pun kini diberi hak jual makanan mateng, olahan siap saji, layaknya warung makanan, Restaurant.

Warung milik Koperasi pun tak berdaya melawan serangan para warung milik Korporasi, yang menyerang, merambah sampai ke pelosok kampung.


Maka kini,  bukan hanya gerobak rokok dan warung klontong tradisional yg tersungkur.
Esok lusa, tinggal menunggu waktu, "warung makan" akan menutup pintunya,  tak ada lagi harap sisa rizky disisa trotoar dan sisa paruh malam.

Dibangunlah rasa gengsi, dicampakan nasib anak-anak negeri, yg berharap rizky demi sejengkal perut disisa paruh malampun luruh sirna diterjang ketidak adilan tanpa perlindungan.!...

Thursday, August 22, 2013

NIAT JADI USTADZ ARTIS, ARTIS USTADZ..?

USTADZ ARTIS, ARTIS USTADZ....?

Artis, Pelawak "tidak sedikit" kalau sudah tidak laku, menurun pamornya, beralih jadi Penceramah Agama  ( walau tidak semuanya ).

Penceramah, Ustadz "tidak sedikit" kalau sudah amat sangat laku, pamornya naik, beralih layaknya jadi Artis.
Pasang tarif mahal, hanya mau hadir di tempat ber ac, hotel mewah, layar kaca, pakai Management yang orientasinya bukan mengatur jawal, tetapi Menetapakn Tarif Tampil.

Karena Ustadz semacam ini menempatkan dirinya Sebagai Artis, maka akupun (sebagai umatnya) menganggap dia sebagai Artis.

Kalau dia menempatkan sebagai Ustadz, salah benarnya tetap di dengarkan, jelek cakep rupanya tetap dilihat.

Kalau dia menempatkan sebagai Artis,  ada yang aku suka, atau tidak suka bahkan aku benci. Karena itulah hak ku. .!

Makanya ada Ustadz menempatkan sebagai Artis  ada yang aku suka, aku benci, aku kesel liatnya....!
( Salah satunya, liat penampilan, dan cara ngomongnya yang Tidak Aku Suka adalah si Atis Solmed..).

Dalam Agama ada pelajaran, Semuanya tergantung Niat. Mau niat jadi Artis yang cari duit melalui penampilan Agama atau niatnya jadi Ustadz untuk membimbing Ummat ?

Tuesday, August 20, 2013

PRESIDEN KU MALAM INI



Seorang Pria usia diatas 53 tahunan, berpeci hitam khas Indonesia, berdiri gagah di mimbar.

 Bendera merah putih kecil diatas mimbarnya dan puluhan Microphone berjajar di depan mimbar.

Ruangan mewah luas, dipenuhi para Pemimpin, Tokoh dunia hampir seluruh negara, duduk di kursi yang empuk, memenuhi ruangan.

Lelaki yang di mimbar menjadi sentral perhatian dari seluruh hadirin, para pemimpin Negara dari seluruh belahan dunia yang ada di ruangan itu.

Dengan suara yang penuh wibawa, lelaki di mimbar itu berkata :
“ Yang mulai Saudara-saudar para pemimpin dunia, perkenankan saya untuk bicara tentang Negara kaya, yang bagai sekeoing tanah Sorga yang terlempar ke bumi ini.

Yang Maha Kuasa, memberikan berkah Cahaya matahari sepanjang tahun dan hujan yang menyuburkan tanah kami, yang mungkin tidak diberikan pada Negara tuan-tuan.

Diatas tanah kami, hamparan hutan yang hijau, dilapisan tanah bawahnya ada batubara, di bawahnya lagi ada Minyak dan Gas dan juga emas serta berbagai material lainnya.

Dari Sabang di ujung barat, sampai Merauke di ujung timur, hamparan keindahan alam, dan keragaman budaya adalah kekayaan dan kekayaan jiwa-jiwa kami, putra-putri negeri kami..! ”

Pria itu bicara dengan jelas, lantang, dan berwibawa walaupun “tanpa tangan mengepal” yang sudah jadi “pemandangan usang” yang sering ditiru para elit politik negeri yang beranama Indonesia.

Para hadirin di ruang itupun terkesima dengan gaya bicaranya. Iapun melanjutkan biacara :
“ Sebenarnya dengan kekayaan alam itu, kami tidak perlu lagi banyak keterganungan dari negera tuan-tuan. Tuan-tuan malah sejak berabad abad lalu datang dan meraup paksa kekayaan kami, karena negeri tuan-tuan tak memilikinya.!

Tuan-tuan telah datang dengan cara dagang bahkan dengan cara merampas harta-harta kami. Berabad abad kami hanya menangis diatas tumpukan kekayaan negeri yang tuan-tuan rampas. “

Demikian katanya dengan tegas, tanpa ada beban saat berucap.
“Rakyat kami kini telah bangki menjalankan amanah dan kesadaran dan kesia-sian waktu, dan mengamanahkan padaku, untuk memimpin   negeri yang kaya ini”.
Ia menyeka keringat yang jatuh di dahinya.

“ Aku hanya menjalankan amanah rakyatku. Aku hanya menjalankan amanah rakyatku, bukan partaiKu.!
Aku terlahir memimin, bukan karena aku mengusung nama besar leluhurku dibelakqng namaku !

Aku maju, bukan karena aku Pengusaha yang hndak berkuasa, agar usahaku terlindungi. Bahkan akupun bukan, manusia yang akan maju karena kekuatanku sebagai Jendral…!

Tuan-tuan yang mulia, Pemerintahan kami akan kubentuk dari kumpulan manusia amanah, mereka adalah  adalah rakyat biasa bahkan mungkin jelata, kumpulan orang-orang pilihan, bukan kumpulan orang-orang partai yang hanya ingin  berbagi kebagian kue.! Yang bernama Kue keuasaan..!

Tetapi medeka adalah manusia biasa yang siap berada dibawah reruntuhan rumah  kami yang telah runtuh, untuk sama-sama berdiri membangun rumah yang bernama Rapublik Indonesia.!

Tuan-tuan yang mulia, karean itulah enyahlah cerita masa lalu, yang telah tuan-tuan permainkan untuk Negara kami.!
Tak ada lagi perusahaan Negara-Negara tuan-tuan yang hanya bisa membohongi dan  mengis pun di-pundi tuan-tuan dengan  emas-emas kami..! “

Mendengar kalimat terakhir, seorang pemimpin Negara adi daya yang hadir di ruangan itu tercengang.
“ Tuan-tuan, tegakah kalian membiarkan rakyatku berKoteka, dan berpakaian selembar untaian kulit pohon ? Dengan alasan, biarkan mereka alami. Padahal sebuah upaya perlambatan kemajuan diri meraka yang tuan-tuan inginkan.
.
Dan…tuan-tuan cekoki mereka dengan berbotol-botol minuman keras, agar mereka melayang setengah gila, lupa akan kekayaan negeri tanah tempat kakinya berpijak, sementara tangan-tangan kotor mengambil harta dari bumi mereka ! “.

Aku terlahir untuk mereka, rakyatku. Karena itu aku tak bisa “dimerahkan, dibirukan, dihijaukan bahkan diputihkan”.
Enyahlah para Politikus yang rakus, enyahlah para pemimpin yang hanya mengandalkan kharisma leluhur, enyahlah para pemimpin yang hanya karena Jendral…! ”
   
Lelaki itu seraya menggebrak meja Podium didepannya. Hentakan tangannya keras, dengan kepalan tangan dan otot yang begitu kuat.

Deretan Microphone di podium itu berjatuhan.
Suara gebrakan ke meja amat keras !  
Dan………suara itu membangunkanku  dari tidur panjangku malam ini..!

Oh….Presidenku,  hanya hadir dalam mimpiku malam in..!