Friday, November 22, 2013

KETIKA TIRAI MERAH DAN HURUF CHINA DI BANGUNAN SEJARAH VOC.

Catatan Kecil Perjalanan  :    Geliat "menghadirkan kembali Kota Tua Jakarta.

Patut diapresiasi buat duet Jokowi - Ahok dalam memberikan perhatian thd bangunan-bangunan bersejarah di sekita kota tua Jakarta.

Geliat perbaikan, pentaan Kota Tua sudah terasa.

Namun ada yang masih mengganjal, terlepas ini "peninggalan kebijakan" Gubernur sebelumnya atau bukan, kiranya tempat-tempat seperti itu akan lebih baik "terbebaskan" dari penempatan pihak swasta untuk usaha komersial, misalnya untuk Restaurant dan Cafe.




Dengan adanya penempatan usaha yang menempati Bangunan tersebut, maka khalayak tidak bisa bebas menikmati dan akses ke tempat tersebut. Kalaupun berminat harus "menebus dengan menjadi pengunjung" Restaurant tersebut, yang harga sajiannya hanya mampu ditebus kalangan atas..!
(Kasihan Pelajar dan Mahsiswa yang sepatutnya bisa masuk dan mempelajari peningglan sejarah tsb..!).

Disamping membatasi akses, Restaurant dan Cafe tersebut juga menjadikan kondisi yang tdk selaras dengan lingkungan yang ada.

Ada tirai jendelanya bahkan warna dan hurufnya huruf China. Tidak sesuai dengan asli kolonial nya..!





Yang tidak kalah penting juga adalah  " Pemeliharaan "  setelah Renovasi besar-besaran tersebut, agar uang Rakyat tida sia-sia.
( Perlu keseriusan dan konsisten..! )

Mampukah Jokowi dan Ahok untuk ini ?
Kita lihat, dan semoga !!! .....

LAGU LAMA DARI NEGERI PARA PEMBUAL.

Tiba-tiba saja banyak dari mereka yang mengaku orang-orang susah (dulunya).

Tiba-tiba saja banyak dari mereka yang mengaku anak-anak Petani (dulunya).

Tiba-tiba saja ada yang mengaku biaya Study keluar negerinya "cuma" bermodal 5.000 Dolllar Amerika dan bertahan hidup dengan jadi pencuci piring....

Tiba-tiba saja negeri ini dipenuhi oleh cerita muram para tokoh (yang akan men "tokohkan"), perjuangan hidup masa mudanya, "kedekatan" dengan kemiskinan.

Tiba-tiba pamer kaki diatas lumpur sawah.
Bukankah keharian kaki-kaki itu setiap saat melintas diatas lantai Marmer rumahnya yang bagai Istana ?

Tiba-tiba ada tangan menenteng bungkusan " kantong kresek" berisi sayuran di Pasar Tradisional yang kumuh dan bau.
Bukankah mereka selama ini menenteng "barang-barang mewah buatan luar negeri", ber shoping ria di Mall-mall mewah ?.

Dan ada pula Jendral-Jendral yang bergelimang harta, kemudian tiba-tiba mengaku sebagai "Parjurit yang sederhana".

Ada kaki yang selalu dibungkus Sepatu berharga jutaan, lantas tiba-tiba telanjang di antara tanah sawah, sambil berteriak lantang aku Pejuang (setidaknya "calon" pejuang) para Petani dan Nelayan.

" Lagu Lama " , dari Negeri Para Pembual...!

PENGKABURAN SEJARAH.

Sautu hari di tengah perjalanan Goes sepeda seorang diri, karena gerimis numpang mampir di pangkalan ojek di ujung jalan di daetah Cikarang.

Disatu sisi pangkalan ojek yg beratap seadanya itu, ada Gerobak warung Rokok.

Ditengah suasana gerimis itu, ku dengar obrolan Si Penjual Rokok dengan Si Tukabg Ojek tentang Sinetron Cerita Sejarah yg kini banyak di tayangkan di Tipi.

" Wah makin seru Sinetron. .... " kata si Tukang Ojek ke Si Penjual Rokok sambil menyebut Judul salah satu Sinetron.

" Tapi itu beda dengan cerita di sejarahnya yang gue baca " jawab si Penjual Rokok sambil terua bercerita apa yg dia tahu ttg sejarah itu.

Spontan, dalam hati aku bangga, mendengar jawaba itu.
Si Penjual Rokok ternyata cukup tahu dan cerdas pengetahuannya tentang Sejarah. " Jauh lebih cerdas dari pada Produser, Sutradara dan  Penulis Cerita Sinetron itu. !

Sungguh tidak bertanggung jaawabnya mereka, kaum Sineas itu menyimpangkan, mengaburkan fakta Sejarah !!

Sinetronnya hanya mengangkat gedebak-gedebuk berantemnya, dari pada isi sejarahnya yang benar.

Kasihan generasi muda, anak-anak di jejali sejarah yang salah. !

Jangan-jangan cerita Kian Santang menjadi hasil para Kaum Sineas negeri ini yg Kian Sinting. .,!

Sunday, November 3, 2013

DITEPI DANAU RAJA, KETIKA SEJARAH BAGAI CERITA LAMA TAK BERMAKNA


Terakhir berkunjung ke kota kecil di Provinsi Riau ini tahun 1985, saat berkesempatan menyusuri Sumatera dari Aceh sampai Jakarta, saat Mahasiswa.

Di ujung Oktober 2013, ada kesempatan lagi dalam suatu perjalanan, untuk singgah lagi di Rengat, yang terkenal juga sebagai Kota Kedongdong.

Di depan Bangunan Replika Istana Indragiri

Kota kecil yang dapat dijangkau lk. 4 jam perjalanan darat dari Pekanbaru ini terkenal akan Kerjaan Indragiri  nya, kota yang didirikan oleh Sultan Ibrahim ke 18.

Rengat berkembang sekitar abd ke 18 hingga abad ke 19.  Konon Istana Kerjaaan Rengat ini sekarang tinggal petilasnnya, yang sebagian bisa dilihat saat air Sungai Indragiri menyusut. Beberpa sisa bangunanya akan terlihat.

Bingkai alam pagi, Danau Raja

Sayang, silsilah kerajaan Indragiri ini sekarang sudah tidak jelas. Namun yang mempunyai garis keturunan, sampai saat ini, di depan namanya menggunakan nama Raja.
Maka Rengat pun dikenal dengan Kota Raja, karena banyak nama-nama bergelar Raja.!

Teratai dan tumbuhan liar

Di dekat Sungai dan Istana ada sebuah Danau yang konon merupakan tempat mandi dan bersantai Sang Raja. Makanya nama Danau ini dinamakan Danau Raja.

Danau yang berada di tepi jalan raya, dan dekat dengan Sungai Indragilir ini, sayangnya tidak terawat. Konon dulunya Danau ini adalah Kolam Kecil, kemudian berubah membesar dan menjadi Danau.

Ilalang dan Rumput Liar, hiasan tepian Danau

Terlepas benar atau tidaknya cerita tersebut, Danau ini cukup luas dan indah. Dikeliling kawasan dengan Pepohonan,

Danau ini pernah di tata sedemikian rupa sebagai obyek Wisata. Disekelilingnya dipagar, dibuatkan jogging track, dan disalah satu sisinya yang memisahkan dengan Sungai Indragiri, dibangun Replika Istana Indragiri.

Bangunan di tepi Danau, yang konon bekas Musabaqoh Tilawatil Qur'an

Sayang sekali, semua yang ada sudah tidak terawat. Bangunan Replika Istana yang dibangun dehgan uang Rakyat menjadi bangunan tak bertuan. Plapon yang jatuh, debu tebal melapisi lantainya, foto para Bupati, Raja bagai hiasan tak berarti menggantung disisi sisi dinding.

Air Danau kotor, rumput tinggi, ilalang tumbuh dimana-mana, sehingga pantas bila pada malam tanggal 27 bulan Februari 2013 menjadi tempat yang aman bagi 4 oang Pemerkosa memperkosa seorang Siswi SMA secara bergiliran.!

Mengais sedikit Rizky, disisa keindahan

Diatas permukaan air danau bukanlah lagi bunga Teratai. yang indah, tetapi tumbuhan liar yang kotor..
Beberapa Pria dengan mengayuh Sampan Kayu kecil menyusuri dari satu tepi ke bagian tepi Danau menjala ikan, demi untuk memenuhi kebutuhan sejengkal perutnya..!

Andai Sang Sastrawan terkenal yang lahir di Rengat ini masih ada, Chairil Anwar, mungkin iapuan akan menceritakan cerita sedih diatas sampan Danau ini.

Bagian dalam Bangunan Replika Istana yang penh debu

Dua anak Sekolah SMA yang melintas di tepi Danau ini pagi itu, kutanya :
" Apakah bangunan itu Istana Kerajaan ? "  seraya aku menunjuk Bangunan di tepi Danau.
 Jawabnya singkat :
" Tidak tahu ! ".

Foto Sang Raja, menggantung berdebu di ruang sepi

Sejarah...oh....sejarah hanya dipandang cerita lama tak bermakna. Menyedihkan..! 

Saturday, November 2, 2013

OUTSOURCHING ?


( Diskusi pagi dengan Sang Anggota DPRD )


Suatu pagi, di Pontianak saat akan makan pagi di sebuah Hotel, tanpa sengaja satu meja dengan seorang Anggota DPRD suatu daerah di Jawa Barat, yang konon anggota Komisi yang mengurusi tentang Tenaga Kerja.

Ngalor-ngidul ngobrol, sampai pada diskusi ringan tentang Outsourching.

Sang anggota Dewan yang konon banyak memperhatikan Buruh Pabrik sekitar jalan Jakarta - Bogor itu bilang bahwa tidak setuju dengan Outsourching.

Dia menggebu-gebu agar Outsourching dihapuskan ( entah ini berdasarkan hasil telaahnya yang mendalam, atau sekdar mendapat dukungan dari para Buruh…he..he..he..).

Saya ngobrol santai saja, sambil sebisaya berpendapat. (seperti dalam tulisan dibawah ini )



Mengapa Outsourching  ? :

Dengan keterbatasan pengetahuan saya, saya bilang, bahwa Tenaga Outsourching sebenarnya syah-syah saja bila yang di outsourching adalah bukan "bagian utama dari mata rantai produksi suatu perusahaan" dan "bukan bagian inti dari core business" Perusahaan tersebut.

Sebagai contoh, Cleaning Service, atau Satpam, tentu bukan bagian dari bisnis intinya  (core business) sebuah perusahaan yang memproduksi Rokok.

Tetapi bagian yang bertugas “memasukan rokok ke bungkusnya “  (kalau dilakukan secara manual), maka mereka menjadi bagian dari mata rantai inti produksi.

Cleaning Service  syah saja di Outsoursching, tetapi mereka yang bertugas memasukan Rokok ke Bungkusnya tidak harus di outsourching. Demikian kata saya seolah ahli Tenaga Kerja kepada Sang Anggota Dewan tersebut  he..he..he..

Apa Keuntungannya ? :

Sebuah Perusahaan memberikan suatu Pekerjaan, tidak hanya semata memberi  “ tugas”, tetapi Perusahaan harus juga memikirkan “jenjang karir” dan “Training yang sesuai” untuk orang tersebut.



Nah,…bagaimana pun berprestasinya seprang Cleaning  yang bertugas di Perusahaan Rokok, atau mungkin Perusahaan Pertambangan, tentu tidak ada Jenjang Karir berikutnya  !



Andaikan Cleaning Service tersebut bekerja di Perusahaan Cleaing Service, tentu ia akan mendapat pendidikan di bidangnya dan jelas jenjang Karirnya. (mungkin suatu saat ia naik menjadi jenjang Koordinator).  

Karena Perusahaannya memang dibidang Jasa Cleaning Serive.!

( dengan sedikit penuh intonasi saya sampaikan pada si Anggota DPRD tersebut…he,.he…he,..).



Mengapa mereka nuntut jadi Pegawai Tetap ? :

Nah ini persoalan yang terjadi, Tenaga Outsourching menuntut menjadi pegawai tetap ke Perusahaan yang menerima Jasanya , malah  bukan pada Perusahaan Cleaning Service perusahaan yang merekrutnya !

Seharusnya mereka minta menjadi Pegawai Tetap pada perusahaan Cleaning Service yang menggajinya.!



Perushaan jasa penyedia Tenaga Kerja seperti layanan Clenaing Service tersebut melakukan PKWT  ( Perjanjian Kerja Waktu Terbatas ) dengan para Cleanernya berdasarkan masa konrak dari Perushaan Clenaing tersebut dengan Perusahaan yang memerlukan jasanya ( Customer nya).



Hal ini yang “meresahkan” para Cleaner, maka mereka menuntut agar ada kepastian kerja dan fasilitas sesuatu atauran sebagai Karyawan Tetap.



Idealnya Perusahaan Cleaning Service tersebut mengangkat Clener tersebut menjadi Karyawan Tetap terlebih bila selama 3 kali perpanjngan PKWT menunjukan kerja yang baik dan diperlukan tenaganya.



Hal ini akan memicu Perusahaan Cleaning Service tersebt untuk berusaha survive mendaptkan kontrak pekerjaan dengan Customer secara terus menerus, dan ini mendorong menjadi perusahaan yang professional di bidangnya.



Apa Keuntungan Sistim Outsourching ? :

Keuntungan bagi Tenaga Kerja Outsourching :

-          Mendapat pendidikan dan training di bidangnya.

-          Ada jenjang Karir selanjutnya.



Keuntungan bagai Perusahaan penerima Jasa :

-          Tidak direpotkan dengan pekerjaan yang buka core businessnya, sehingga lebih konsentrasi pada bidangnya.

-          Setipa saat selalu tersedia tenaga kerja bidang tsb dengan jumlah yang tersedia sesuai kontrak.

( tidak terhambat adanya Karyawan yang absen, sakit, mangkir).

-          Tidak perlu menyedikan jenjang Karir dan Training  pekerja yang memang bukan menjadi Core Businiessnya.



Keuntungan bagai Perusaan Outsourching :

-          Menjadi Perusahaan penyedia jasa yang professional di bidangnya.



Sekilas Kasus :

Banyak Perusahaan buruhnya demo, dimana Perusahaan tersebut yang Satpamnya adalah Satpam internal (Karywan tetap) .

Namun relative sedikit yang dialami oleh Perusahaan yang  Satpamnya tenaga Outsourching dari Perusahaan Security (yang Professional).

Mengapa ?

Karena Satpam nya melaksanakan tugasnya dari perushaan outsourching sebagai tenaga Pengamanan Perusahaan, dan itu tugas utamanya sebagai Tenaga Security !

Sementara kalau Satpamnya dari internal, mereka adalah menjadi bagian dari yang demo.



Salahkah Pekerja Outsourching menuntut jadi Pegawai Tetap ?

Tidak salah !

Selama menuntut pada Perusahaan Outsourching yang menerimanya mereka bekerja.

Bukan menuntut pada Perusahaan yang melakukan kontrak kerja dengan Perusahaan Outsourchingnya..!

Lantas apanya yang salah selama ini ?
Sosialisasi dan edukasi tentang Outsourching itu kepada Buruhnya.  Dan banyak Perusahaan Outsourching yang kurang professional, bahkan di beberapa daerah, Perusahaan ini oleh Manajemennya tidak lebih hanya sekedar "bendera" untuk mendapatkan pekerjaan (dan keuntungan bagi pemiliknya), tanpa memikirkan upah yang layak dan jaminan sosial ( hanya sebatas UMR ), training yang tepat dan jenjang karir selajutnya (bagi yang berprestasi).



( Sang Anggota DPRD mengangguk-anggguk, entah paham, entah sekedar basa-basi. Selebihnya saya bicara tentang pariwisata dengan Sang Dewan itu..!)