Tuesday, August 6, 2013



 HIRUPAN TEH TERAKHIR

Secangkir Teh tertuang dari "Teko" yang terbuat dari tanah. Kuhirup Teh panas dari Cangkir kecil yang juga terbuat terbuat dari tanah.

Aroma Teh panas, aroma tanah, rasa gula batu yang bercampur pada seduhan air teh, dalam dekapan udara pagi, sebuah kenikmatan pembuka hari, sebuah "sajian dari alam negeri pertiwi".

Sambil menikmati hirupan demi hirupan, pikiran melayang, menjejalah belantara akal, sampai kapan "hasil tanah bumi pertiwi" semua ini akan ternikmati.. ?

Hamparan Teh, hanya sisa-sisa dari kolonial yang telah memperkosa negeri ini, kini hamparannya terancam berbagai kepentingan.

Pabrik Gula, satu persatu hilang dari peta bumi pertiwi, karena pemimpin negeri lebih senang mendatangkannya dari negeri lain.

Teko berbahan tanah, mungkin nanti sulit mencari tanah, karena setiap jengkal tanah bukan milik kita lagi.

Air bening dari perut bumi pertiwi, mungkin ini kali terakhir ternikmati, karena sumber alamnya tak ada lagi.

Pada hirupan air Teh Poci pembuka hari ini, pikiran menjelajah belantara kekhawatiran, menjelajah ketidak pastian dan kesengsaraan masa depan, bangsa yang kehilangan tanahnya, airnya, alamnya..!

Inikah hirupan terakhir air teh dari bumi negeri sendiri..?

( dengan merunduk, berjalan lemas, para kuli Pabrik kebun Teh, Kuli Kebun Tebu, beriringan bagai pasukan yang kalah perang, menyusuri jalan setapak berujung di titik ketidak pastian
) ......

No comments:

Post a Comment