Kusandarkan Si Seli, dan segera mengambil di moment saat memasuki Kota Kuala Kapuas ini.
Aku rehat sejenak sambil mengabadikan Bundaran pintu masuk kota, yang nampaknya baru ditata.
Satu keluarga yang juga sedang dalam perjalanan, berhenti tak jauh dari tempat aku berhenti. Saat keluar kendaraan dan hendak berfoto, sempat kami bertegur sapa.
Sang Ibu, wanita separuh baya, sedikit terheran-heran ketika mengetahui aku dalam perjalanan seorang diri bersepeda. Mungkin juga lebih heran karena melihat uban di kepalaku !.
Sambil istirahat di sekitar Bundaran itu, melalui Handphone aku coba hubungi kenalan satu kampung yang sudah lama tinggal di Kota Pulang Pisau, sebuah kota kecil yang akan aku lalui.
Aku coba kumpulkan informasi darinya kondisi jalan, keamanan dan fasilitas sepanjang jalan yang akan kulalui.
Panas menyengat, saat aku putuskan melanjutkan perjalanan menuju kota Pulang Pisau.
Lepas dari perkampungan ex Transmigran Bali, menyambung ke Perkampungan yang didominasi oleh ex Transmigran dari Jawa. Benar-benar terasa suasana di pedesaan Jawa. Mereka pun masih berbahasa Jawa.!
Hari itu, hari Jumat, jelang waktunya Sholat Jumat. Hilir mudik Pria Bali yang mengenakan pakaian Adat Bali, sarung, hampir samar dengan hilir mudik Penduduk lainnya (yang berasal dari Jawa) yang akan pergi menunaikan Sholat Jum'at ke Mesjid.
Di sebuah Mesjid yang sudah ramai dengan Jamaahnya, dan Khotib sudah di Mimbar, aku sandarkan Sepedaku, dan kutuntaskan kewajibanku, Sholat Jum'at, dan di jama dengan Ashar.
Usai sholat, beberapa Jamaah yang keluar dari Mesjid tidak sedikit yang memandang heran. Dan beberapa bertanya tentang tujuanku.
" Inshaa Allah sampai Palangkaraya ", kataku ketika diantara mereka menanyakan kota tujuanku bersepeda.
Matahari dekat garis Khatulistiwa, membakar tubuhku siang itu. Dengkul yang sudah menjelang 58 tahun ini masih setia bersahabat dengan Pedal. Sesekali angin membelai dari ujung kaki sampai ujung rambut.
Suara gesekan rantai sepeda, ban dengan aspal, semilir angin, membelah sepinya sisa hutan di kiri kanan jalan yang kulalui ....
Sisa hutan di kiri kanan jalan. Beberapa kali Ular tanah melintas, menyeberang jalan.
Jam menunjukan angka 1 lebih 45 menit, semakin siang, semakin panas. Jalan yang kulalui semakin sepi, tidak ada perkampungan lagi.
Suara gesekan ban dan aspal, rantai sepeda, angin yang menerpa tepi Helm yang kupakai, menjadi bagian dari teman perjalanan dibawah teriknya matahari siang itu.
Tepat pk. 2 siang, Matahari tepat menerpa bagian kiri badan, leher kiri tertimpa sinar matahari yang terasa panas sekali. Aku sudah di tidak kuat lagi menahan panas !
Di tengah sepinya hutan, di salah satu sisi jalan sebelah kananku, ada sebuah warung yang lumayan layak untuk istirahat.
Tanpa banyak berfikir panjang, Si Seli kuarahkan menyeberang jalan, ke kanan. Warung itu menjadi tempat istirahat.!
Telur asin, Mie Instant dan minuman langsung kusantap sebagai makan siangku yang terlambat dari jadwal.
Usai menyalurkan urusan "arus bawah" seusai makan siang, langsung badan kurebahkan di bale-bale yang ada di samping Warung itu. Dan ...... lesss, tanpa sadar, tertidur ..!
Jam menunjukan pk. 3 siang saat aku terbangun di balai-balai Warung itu. Badan lumayan segar.
Usai pamit ke pemilik Warung, kukayuh kembali Pedal si Seli.
Sudah meninggalkan Warung cukup jauh, terasa ada yang kurang, ...... oh......Kacamata tertinggal di Warung ! Terpaksa aku kembali lagi ke Warung.
Jalan semakin sepi, hutan dikiri jalan masih dipenuhi Pohon-pohon tinggi. Setelah jalan lumayan jauh, terlihat di depan sebuah Gerbang, tertulis Kabupaten Pulang Pisau.
Alahamdulillah, aku sampai di tengah-tengah jarak rencana perjalananku. Pulang Pisau, sebuah Kabupaten hasil Pemekaran termuda di Kalimantan. Pulang Pisau ini berada di posisi tengah route rencana perjalananku, Banjarmasin - Palangkara.
Sekelompak Remaja bergerombol mengisi waktu senja di dekat Pintu Gerbang itu. Setengah heran, mereka mendekatiku. Setelah berbasa-basi, kuminta salah seorang dari mereka untuk membantu me moto ku.
Pintu Gerbang Kabupaten Pulang Pisau.
Dengan semangat, kukayuh kembali Sepeda. Lepas dari Pintu Gerbang itu sudah terasa suasana kampung. Rumah penduduk asli ( Dayak ) berselingan dengan sisa hutan. Sesekali anak-anak kecil yang sedang bermain melambaikan tangannya melihat aku melintas di depan rumahnya.
Saat melintas di depan sebuah Warung, seorang Penduduk asli memanggil. Kuhampiri dia yang sedang asyik berkerumun di Warung itu. Ternyata mereka memangilku hanya mengajak Ngopi bersama ! Sebuah " sisa keramahan " penduduk negeri ini.
Kusambut undangan itu, sambil melepas kepenatan, kami ngobrol dan mereka banyak yang menanyakan maksud perjalananku.
Jalan yang kulalui mulus. Pada sebuah titik, di depanku sebuah tanjakan yang bersambung dengan Jembatan. dibawahnya melintas sungai, inilah Sungai Pulang Pisau, yang menjadi juga nama kota ini.
Sebelum Jembatan, sebelah kiri ada jalan. Dan inilah jalan masuk ke kota Pulang Pisau. Sebelum melanjutkan masuk ke kota, lewat HP aku hubungi kenalan se kampung yang sudah menjadi warga kota ini, Kang Tata Alisumitra.
Sepeda kuarahkan ke komplek perumahannya. Tidak begitu sulit aku mencari rumahnya. Sambutan hangat keluarganya mengisi keceriaan senja itu.
Kang Tata menawarkan untuk menginap di rumahnya, tanpa mengurangi rasa hormat atas tawaran itu, aku berniat tidur di penginapan di tengah kota.
Diluar dugaan, pusat kota Kabupaten ini tidak lebih besar dari sebuah pusat Kota Kecamatan di Jawa ! Disini yang disebut pusat kota hanya lapangan kecil, Rumah Bupati dan beberapa warung.
Kang Tata bilang, bahwa tidak ada Hotel. Penginapanpun tidaklah selayak di tempat lain. Atas bantuan beliau, aku dapatkan tempat Penginapan milik Pemda, bersebelahan dengan Rumah Dinas Bupati.
Saat mencari tempat makan malam harinya, hanya ada beberapa saja. ATM pun di buka hanya siang hari. Kecuali ATM BRI yang ada di sudut jalan, dekat Pasar.
Malamnya, usai ngobrol dengan Kang Tata, langsung istirahat. Sebelum mata kupejamkan, kulihat dialat penunjuk jelajah di sepedaku menunjukan angka 157 KM. Jarak dari sejak pemanasan di kota Banjarmasin sampai titik aku istirahat di Pulang Pisau ini !
Diterpa Panas dari Bawah dan Atas :
Bangun pagi sebelum Subuh, diluar terdengar gerimis. Usai proses loafding semua perlengkapan ke Sepeda, kulaksanakan kewajibanku, Sholat Subuh.
Sebelum dengkul tua ini mengayuh kembali Sepeda, Roti dan telur asin menjadi sarapanku pagi itu.
Jam 5.15 saat Satpam Rumah Dinas Bupati itu membukakan pintu pagar.
Gerimis tipis menemani perjalananku meninggalakan kota Pulang Pisau. Suasana masih sepi sekali. Hanya terlihat 2 orang Petugas Kebersihan membersihkan sampah di pinggir jalan.
Gerimis tipis bercampur kabut. Pandangan masih terbatas, kunyalakan Lampu Sepedaku.
Saat memasuki jalar raya Banjarmasin - Palangkaraya, jalan basah tersiram gerimis tipis. Jalan masih sepi, hanya suara burung di hutan kiri kanan jalan riuh menyambut pagi. Udara dingin menerpa tubuh menemani angin saat Sepeda melesat diatas aspal basah.
Sendiri, di sepi dan sisa gerimis pagi.
Hembusan nafas keluar dengan kabut pagi. Sepi, sepi dan sepi.
Selepas dari hutan dibatas Pulang Pisau, perut masih terasa meminta tambahan bahan bakar. Saat memasuki sebuah perkampungan penduduk asli (Dayak), sebuah Warung kecil yang baru buka menjadi tempat istirahat pertamaku pagi itu. Mengisi bahan bakar yang masih dirasa kurang oleh si Perut ini.
Segekas Teh hangat manis makanan kecil, cukup memberi kesegaran untuk kembali menggenjot pedal Sepedaku.
Di kiri kananku sekarang terlihat berselang seling antara deretan pohon sisa hutan dan rawa tanah gambut.
LK 100 KM lagi di depanku untuk sampai ke pusat Palangkaraya. Kondisi kiri kanan jalan jaub lebih sepi dari sebelumnya. Tetapi inilah sebuah kenyamanan bersepeda yang tidak kudapatkan di Pulau Jawa !
Jelang pk 10, aku sampai ke suatu daerah. Ada deretan warung yang tak lebih gubuk-gubuk. Bangunan besar hanya sebuah Mesjid dan kantor KUA. Kuparkirkan Sepeda di halaman Mesjid, dan kembali "mengurus urusan arus bawah" di sebuah WC Mesjid itu.
Saat akan keluar halaman Mesjid, sesorang dengan sedikit heran menanyakan darai mana aku, mau kemana, apa tujuannya. Sederat pertanyaan yang sdh biasa aku dapatkan dalam perjalanan kesendirianku.
Sekelompok Pelajar berseragam Pramuka melambaikan tangan memberi semangat. Konon tak jauh dari kampung ini akan dilewati sebuah Jembatan panjang, sepanjang 10 KM yang melintas diatas Rawa, tanah gambut.
Jembatan Tumbang Nusa yang dibangun agar kendaraan bisa melintasi hamparan Rawa yang selalu banjir menghalangi perjalanan. Jembatan yang menjadi tulang punggung kelancaran logistik dan ekonomi wilayah keterpelosokan Kalimantan Selatan.
Matahari masih condong dari Timur, tapi panasnya sudah menyengat. Panas Matahari dekat Garis Khatulistiwa dari atas, dan panas lembab yang terpantul dari tanah gambut !
Aku berhenti sejenak, mengoleskan tambahaan Krem anti bakar agar kulit tidak terbakar sinar Matahari.
Tidak begitu lama, terbenatang di hadapanku Jembatan panjang, melintas diatas Rawa amat sangat luas. Terik Matahari semakin terasa.! Tak ada Pohon tempat berlindung !
Aku tak dapat mengembangkan kecepatan mengayuh, karena angin begitu bebas dan kuat menghambat gerak Sepedaku.
Jembatan Tumbang Nusa, sepanjang 10 KM melintas diatas Rawa.
Kukayuh terus Sepeda. Sungguh, di tempat inilah perjalanan terberat bagi dengkul tuaku. Dari bawah panas lembab Rawa, dari atas terik langsung dari panas matahari khatulistiwa, dari depan tiupan angin kencang menghadang gerak laju Sepedaku !
Aku bertahan, pelan-pelan ku kayuh. Terlihat di Speedometer menunjukan hanya 17 KM / Jam. Mempertahankan kecepatan sebegitupun begitu berat di tempat ini !
Setelah perjuangan berat melintas Jembatan sepanjang 10 KM itu, aku putuskan istirhat di sebuah warung di ujung jembatan. Disini banyak deretan Warung yang didominasi oleh penjual yang berasal dari Banjarmasin.
Jalan berikutnya tidak semulus jalan aspal sebelum Jembatan. Banyak yang berlubang dan bergelombang.
Arah Matahari merayap, hampir jatuh tepat di ubun-ubun. Panas masih menjadi kendala. Mental sudah menurun, setiap Tugu Pal Batas selalu kutengok. Ingin segera sampai di Tugu Pal bertuliskan angka Nol !!
Kamu bisa, kamu kuat, kamu pasti sampai ke Palangkaraya ! ( kataku dalam hati, menyemangati diri sendiri ).
Kayuhan demi kayuhan, akhirnya di depanku terlihat sebuah pointu Gerdang tua bertuliskan :
" Selamat Datang di Kabupaten Palangka Raya. Kalimantan Tengah. Kota Cantik ".
Kusandarkan Sepedaku di depan Tugu Gerbang ini.
Pal batas Pintu Gerbang Kabupaten Palangka Raya.
Palangka Raya, Kota Tertata :
Selepas tanda pintu gerbang itu, semangat menggoes bertambah tinggi, ingin segera masuk kota Palangka Raya. Kota paling tengah di wilayah Indonesia. Kota yang tertata oleh Presiden RI Pertama, Ir. Soekarno.
Jalan yang kulalui semakin ramai. Sebelum masuk ke kota Palangka Raya, aku lalui sebuah daerah dimana banyak sekali dijual buah-buahan dan sayuran yang ukurannya besar-besar. Ada Timun, Semangka, Labuh dan lainnya yang ukurannya besar-besar.
Konon, inilah daerah Transmigran yang berhasil. Transmigran dari Jawa yang berhasil merubah tanah Rawa menjadi tanah pertanian yang subur. !
Di sebuah Tugu Tapal Batas yang menunjukan angka 10 KM lagi menjelang kota Palangka Raya, kusandarkan Sepeda dan kuluruskan kakiku, istirahat sejenak.
Dengan sisa tenaga dan semangat yang masih tersisa, aku bangun dan kembali ku kayuh Sepedaku di tengah terik Matahari. Keramain kota semakin terasa.
Dan ....... tepat jarum Jam menunjukan pk. 12.45 ketika roda Sepedaku menjejak jalan di Bunderan pusat Kota Palangka Raya. ! Aku sampai di kota tujuan, Palangkaraya !
Sampailah sudah niatku dengan dengkul tuaku ini seorang diri menggoes Pedal Sepeda, di terik matahari dari Banjarmasin sampai di kota tertengah di wilayah Indonesia, Palangkaraya. !!
Di tengah keramaian kota Palangkaraya, yang tertata rapih, jalan membelah blok-blok bangunan, aku arahkan Sepeda menuju Hotel.
Di Lobby Hotel, yang Satpamnya setengah bingung melihatku, seorang Wanita muda dengan ramah, menyodorkan Lap penyeka wajah. Kuusap mukaku, di lap itu meninggalkan debu dari wajahku yang terkumpul sepanjang jalan.!
Usai sudah menempuh perjalanan bersepeda seorang diri dari Banjarmasin, Ibu Kota Kalimantan Selatan, ke Palangkaraya, Ibu kota Kalimantan Tengah.
Melintas tapal batas 2 Provinsi, 3 Sungai Besar di Kalimantan, 257 KM dibawah terik Matahari Khatulistiwa ......