Friday, November 20, 2015

POSONG, GERABAH YANG HILANG.


Orang boleh tertawa, bahkan mentertawakan kalau barang-barang Gerabah ini dihadirkan sebagai Barang Pajangan di Ruang Kerjaku.
Tungku Tradisional, Poci dengan Cangkirnya yg bertengger diatas Meja dari Jubleg ( Penumbuk Padi dari batu asli ) peninggalan kakek , dan Meja dari Gerabah yg turut menyangga Radio Tua.
Orang boleh memandang sebagai " ke kuno an ", atau mungkin " kampungan " . Apapun menyebutnya, tetapi setiap orang punya " pe nyelaman rasa, bathin " masing-masing saat memandang menikmati suatu benda.


Bagiku, memandang suatu Gerabah, mengingatkan sebuah sudut Kampung di Jatiwangi, bernama Posong.
Terbayang sebuah kampung yg sebagian penduduknya mengandalkan hidupnya dari memproduksi dan menjual Gerabah tradisional.

Terbayang Pak Aming, yg dengan otot tua rentanya memikul Gentong, dan Padasan yg besar keliling kampung, saat Matahari tepat di ujung ubun-ubun.
Sementara kayu pemikulnya yg terbuat dari Bambu ( dalam bahasa Sunda di daerah Jatiwangi disebut Rancatan ) sdh licin karena seringnya terpegang tangan.


Aku mencoba minta bantuan Mbah Google mencari tahu tentang Kampung Posong saat ini.
Tidak ada yg muncul Kampung Posong di Jatiwangi ! Yang ada, informasi Kampung Posong di Arjawinangun, yg sampai saat ini penduduknya masih tetap mengandalkan hidupnya dari membuat dan menjual Gerabah. Walau konon mereka harus terpaksa bermodalkan modal usaha dari Rentenir !
( Mungkin nama Posong itu adalah nama umum untuk Kampung yg memproduksi Gerabah. Seperti juga sebutan nama Kampung Pande untuk Kampung tempat Pembuat peralatan pertanian dari besi, Pande besi ).

Posong, dulu sering aku lewati saat melintas bila ada keperluan ke Kantor Pos. Dikiri kanan jalan, sepanjang Kampung banyak orang dengan tekun memutar-mutar alat tradisional pembuat berbagai Gerabah. Ditangannya, tanah liat asli Jatiwangi berwarna kekuningan. Di halaman, berjejer Gerabah mentah di jemur sebelum dibakar di tungku-tungku tradisional.
Itu 40 tahun lalu, entah kini, apakah masih ada pemandangan ini ? Atau jaman telah menggilas segala yg dianggap ke tradisional an ?
( akupun tak bisa lagi memandang " gerabah", selain "keramik" ).

 
Ada sebuah Gerabah yg hampir dipunyai oleh masyarakat di pelosok kampung Jatiwangi. Disamping gerabah yg disebut " Padaringan " , yg begitu sakral sebagai tempat Penyimpanan Beras.

Ada lagi yg berfungsi sebagai tempat Air. Di bagian dasarnya ada lubang tempat air keluar. Penutupnya terbuat dari kayu. Gerabah yg ini disebut " Padasan ".

Air di Padasan digunakan untuk Wudhu, dan membersihkan kaki sebelum masuk Rumah. Yang menarik, Padasan ini juga banyak diletakan di depan pintu Pagar Rumah.
Airnya selain untuk keperluan penghuni rumah, tetapi juga sengaja agar orang yg lewat kehausan, bisa langsung minum.!
Itulah rasa ke Manusiaan para leluhur  !
( Sambil menulis artikel ini, merasakan ke rentaan tubuh, ingatan menjelajah, menembus ruang dan waktu 40 tahun lalu, tentang sebuah kampung, bernama Posong ) .

No comments:

Post a Comment