Friday, April 17, 2009

Beberapa hari sebelum Ulang Tahun anakku, Citra Rinjani, ku ajak ia perjalanan selama 2 hari ke Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat. Berikut adalah catatan perjalanannya, dari seorang anakku ( usia SMP kala itu ) :



MENYAPA ALAM HABITAT ELANG JAWA
( Citra Rinjani )


Sabtu,19 Mei 2007
Pagi ini begitu cerah, Mentari siap menggantikan sang bulan untuk menyinari hari ini. Secerah semangat yang siap untuk memulai petu
alangan baru. Ya, hari ini kami, akan memulai petualangan kami menuju Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) yang terletak di daerah Jawa Barat.

Rombongan berkumpul di rest area Sentul yang terbagi dalam 4 mobil dan 8 orang. Convoy kendaraan, Suzuki Jimny, Mitsubishi Pajero, Landrover Defender, Toyota Prado meninggalkan Rest Area Sentul setelah kami istirahat sejenak di tempat ini.

Pintu Masuk Taman Nasional Gunung Halimun

Perjalanan dimulai menyusuri kota Bogor yang kini layaknya Jakarta. Ramai dan Penuh sesak masyarakat kota. Kami menyusuri jalan antara Bogor kearah Leuwiliang. Beberapa kali kami harus berputar arah, kami salah jalan, karena Leader, kami Oom Totok Soeprianto salah menerima informasi jalan. Tapi pada akhirnya kami berhasil menemukan jalan yang benar. Ternyata dewi keberuntungan masih berpihak pada rombongan kami.

Menjelang pukul 12.38, nyanyian dari perut kami sudah terdengar. Sepertinya,sudah tidak dapat dikompromi lagi. Kami pun segera menepi dan siap untuk makan siang. Menu spesial kali ini adalah sayur rebung dan sambal khas tempat makan tersebut. Hmmm..nikmatnya..suasana makan bersama seperti ini terasa sangat berarti karena sangat jarang kita temui di kota-kota besar.

Tak hanya perut kami saja yang minta diisi,tapi begitu juga dengan mobil-mobil kami. Dan akhirnya kami putuskan untuk berhenti di salah satu pom bensin terakhir yang kami lewati. Tidak terbayangkan bagaimana kalau kami terjebak di hutan tanpa cadangan bahan bakar. Disatu persimpangan besar, dimana kalau lurus ke Leuwiliang, kami mengambil belok ke kiri jalan yang menuju Taman Nasional Gunung Halimun. Setelah melalui medan tanjakan dan berkelok-kelok, melintasi kampung-kampung kecil yang diselingi oleh pemandangan pematang sawah, dengan terasiring yang tertata indah, menjadi bagian pemandangan yang menyegarkan mata kami siang itu. Merayap pelan namun pasti, kami mulai memasuki gerbang TNGH.Elang melayang, menyambut kami

Waaahh.. begitu banyak Elang yang berterbangan bebas di langit yang biru seakan menyambut kedatangan kami. Kiri kanan masih bisa kita lihat pepohonan besar yang melindungi penghuninya dari sengatan matahari. Trek berat mulai kami lewati, licin dan berbatu adalah jalan yang harus kami hadapi.
Melintas Kebun Teh Nirmala

Saat kantuk mulai terasa dan rasa lelah mulai mendera, guyonan dari teman-teman sesama rombongan memang obat paling mujarab. Salah seorang team kami mulai membuka obrolan melalui Perangakat radio Komunikasi dimasing-masing kendaraan dengan bahan pembicaran yang seadanya. Tebakan-tebakan yang terdengar aneh pun membuat badan yang tadinya lelah terasa semangat kembali.

Matahari mulai beranjak naik. Pepohonan besar tak lagi terlihat. Pemandangan itu tergantikan dengan perkebunan teh yang sangat luas. Inilah Perkebunan Teh Nirmala. Hijau membentang sejauh mata memandang layaknya permadani yang dihamparkan di bumi pertiwi.

Perkampungan-perkampungan warga pemetik teh bersilangan diantara hamparan hijaunya tanaman teh . Berbagai aktifitas mereka disore itu menambah keelokan hadirnya senja itu. Kamipun berhenti sejenak untuk sekedar meregangkan otot-otot. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh kami untuk mengambil gambar dan berfoto bersama warga sekitar. Damai Senja di Perkampungan Pemetik Teh

Perjalanan berikutnya kami lanjutkan menuju Guest House pertama yang terletak tidak begitu jauh dari perkampungan penduduk. Ternyata,jalan menuju Guest House pertama tidak dapat dilalui oleh mobil-mobil yang memang mempunyai body cukup besar. Mungkin hanya mobil Suzuki Jimny yang dapat melaluinya, itupun dengan pertimbangan penuh resiko terjatuh kesisi kanan berupa jurang yang dalam. Belum lagi kami harus mengangkut barang-barang kami dengan berjalan kaki. Akhirnya keputusan rombongan tertuju pada Guest House kedua.

Hamparan Hijau Permadani Alam

Guest House adalah juga merupakan Kantor Taman Nasional Gunung Halimun. Disini merupakan pintu masuk menuju Kawasan Konservasi Alam, dimana burung-burung langka Elang Jawa dilindungi. Disini juga terdapat jembatan gantung atau Canopy yang terhubung dari pohon ke pohon yang letaknya tinggi sekali. Sehingga bila kita berada diatasnya ssat melintas, pucuk-pucuk pohon jauh berada dibawah kita. Canopy ini juga sebagai tempat pengamatan Elang Jawa bagi pengunjung atau peneliti. Menurut rencana awal, kami memang akan bermalam disini dan menyusuri jembatan gantung. Namun,pada hari itu jembatan gantung tersebut ditutup. Belum lagi Guest House kedua tempat kami akan bermalam sudah penuh terisi oleh wisatawan yang datang lebih dulu daripada kami.

Aku, berlatar belakang hijaunya alam Gunung Halimun

Jam di tangan sudah menunjukkan pukul 17.40 wib. Senja kemerahan mulai menghiasi langit bagian barat. Mengantarkan sang matahari untuk kembali keperaduan. Papahku, Momon S. Maderoni dan Pak De Totok Soeprianto, berembuk dengan team lainnya dan memutuskan untuk berputar arah untuk mencari rumah penduduk yamg sekiranya dapat kami tempati untuk bermalam.

Tepat pada saat Adzan Magrib berkumandang, kami menemukan rumah penduduk yang akan menjadi tempat bermalam kami. Rumah sederhana dan nyaman bertingkat dua, mempunyanyai saung yang menghadap langsung kearah perkebunan teh Nirmala. Rumah itu milik seorang warga bernama Kang Asep.

Kamipun menempati lantai dua yang sangat nyaman untuk bermalam. Setelah menurunkan barang-barang yang dibutuhkan, Aku lebih memilih untuk mandi dan membersihkan diri. Dinginnya air dari pegunungan membuat badan yang lelah terasa segar kembali. Seselesainya mandi, aku langsung kembali ke atas untuk berkumpul bersama rekan-rekan yang lain.

Saat jam menunjukkan pukul 20.00, makan malam telah siap dihidangkan. Nasi putih,ikan teri, telur goreng,dan sambal menjadi teman makan malam kami. Dengan duduk beralaskan tikar dan membentuk lingkaran, tanpa komando lagi kami langsung menyantapnya dengan lahap. Wajarlah, dengan aktvitas yang kami lakukan, jika malam itu kami makan tanpa merasa harus takut gemuk.
Acara berikutnya adalah bebas.

Beberapa dari kami bercengkerama di teras dan selebihnya memilih untuk tidur.
Aku sendiri memilih untuk segera tidur karena mata sudah tidak sanggup lagi menahan kantuk.

Minggu, 20 Mei 2007
Kokok ayam terdengar begitu nyaring. Mataharipun telah terbangun dari peraduannya dan siap untuk menyinari dunia. Saat matahari datang menyapa, sebagian dari kami berebut mengabadikan Sun Rise ke kamera masing-masing.
Bangun tidur, aku langsung menuju kamar mandi. Selesainya,aku langsung membereskan lagi barang-barang dan duduk manis menanti sarapan. Kesibukan pagi itu beragam. Ada yang memeriksa mobil,mengambil foto,tapi ada juga yang hanya duduk-duduk menghirup udara pagi yang sejuk. Sepertinya, salah satu mobil team kami, Suzuki Jimny mengalami sedikit gangguan.

Dengan kerja sama team yang baik, kerusakan mobilpun bisa kami atasi.
Menunggu sarapan datang, kami berbincang-bincang ringan sambil menikmati hijaunya perkebunan teh yang masih dibasahi embun pagi.

Tak lama kemudian, sarapan kami telah siap. Nasi putih, lalapan, ikan, dan sambal menemani kami pagi itu. Kami nikmati sarapan sambil memandang hamparan keindahan alam pegunungan yang diselingi dengan kicau burung dari berbagai arah. Sungguh suatu suasanya yang sangat mahal kita temui saat ini.


Setelah perut sudah terisi, kami memeriksa ulang barang-barang kami. Setelah dirasa lengkap dan tidak ada yang tertinggal lagi,kamipun siap kembali menuju Jakarta. Tentunya setelah berpamitan pada Kang Asep dan keluarga atas tempatnya yang telah kami jadikan camp dadakan. Sebelum melanjutkan perjalanan menuju Jakarta,kami menyempatkan diri untuk membeli teh asli produksi PT.Nirmala.


Perjalanan pulang adalah jalan yang kemarin kami lewati. Dengan trek yang sama kami menjadi lebih berhati-hati.
Dalam perjalanan pulang, beberapa kali kami menemukan Elang Jawa berputar-putar diatas kami. Langit biru, udara segar, sejuk dan hamparan permadani teh yang hijau suasana yang begitu berat untuk ditinggalkan. Petualangan bersama dalam dua hari ini memang terasa melelahkan. Namun, memberikan rasa kepuasan di hati.

Esok sudah menjelang awal minggu. Sudah saatnya kita kembali ke rutinitas kita masing-masing. Kembali pula berkutat dengan kemacetan Ibu Kota.


Semoga dengan perjalanan ke TNGH dalam dua hari ini, dapat menjadi obat yang ampuh untuk menyembuhkan kerinduan hati kami akan asrinya alam pedesaan, ramahnya penduduk kampung, yang kini semakin langka kami temui.
(C. Rinjani, puteri Bp. Momon S. Maderoni)

No comments:

Post a Comment