Wednesday, April 8, 2009

Semalam di Pantai Apra

Jelang senja ketika roda-roda kendaraan kami menginjak pasir pantai Apra. Kami pilih pantai Apra sebagai tempat istirahat, bermalam, dalam perjalanan penjelajahan yang kami rencanakan dari Jakarta – Cianjur – Sindang Barang – Cijayanti – Ciwidey – Bandung dan kembali ke Jakarta.
Pantai Apra yang tidak lepas dari bagian sejarah negeri ini, dibumi Tatar Sunda, dimana pantai ini pernah menjadi basis dari kelompok pemberontak Angkatan Perang Ratu Adil (APRA).

Ketika matahari akan meninggalkan kami, kami berlomba-lomba mengabadikan semburat cahaya senjanya ke camera masing-masing.

Kami berdiri dimulut muara sebuah sungai, menatap ke barat, menyaksikan deru ombak, langit biru dan semburat merah cahaya matahari terakhir senja itu.
Senja Jatuh di Pantai Apra

Adzan Maghrib terdengar ketika kami baru selesai mendirikan tenda masing-masing untuk berlindung dan bersitirahat menikmati malam nanti. Tenda-tenda berdiri mengelilingi area terbuka tempat kami memasak dan berkumpul. Mobil-mobil kami mengelilingi seolah menjadi pagar penghalang angin malam.

Usai sholat Maghrib, seorang penduduk membantu memasakan nasi liwet, sementara kami sibuk masing-masing memasak makanan lainnya.

Sahabat, saudara seperjalanan

Malam itu kami nikmati Nasi Liwet panas, yang dimasak diatas tungku. Ikan bakar dan sambal menjadi paduan yang memberikan kenikmatan makan malam kami. Terima kasih Tuhan, Engkau berikan kenikmatan hidup disetiap sisi kehidupan kami..!

Bulan pernama menampakan diri di ufuk timur, pelan dan pasti semakin menerangi alam malam, memayungi canda ceria diantara kami.

Krakatau, anak ku yang kedua, diterangi sinar bulan, menyusuri tepian pantai mencari Kumang, sejenis binatang seperti siput kecil yang merangkak - rangkak. diantara pasir pantai.

Krakatau, Aku dan Kakaku

Malam semakin larut, cahanya bulan semakin terang, cahanya jatuh pada riak-riak ombak, memantulkan cahaya keperakan, suatu lukisanNya yang membekas pada bathin-bathin kami.

Jelang tengah malam, kala aku berbaring diatas pasir pantai beralas matras, SubhanaAllah, diatas sana, temaram gugusan Bintang Bima Sakti melengkapi temaram sinar purnama. Aku telah sekian lama tidak pernah menyaksikan gugusan Bima Sakti. Mengingatkanku masa kecilku di kampung.

Stelah desa-desa diterangi listrik, kota-kota temaram cahaya listrik, aku sulit menyaksikan indahnya temaram gugusan Bintang Bima Sakti. Malam itu, aku saksikan kembali keindahanMu, ya Tuhan .!

Aku berbaring berselimut alam, beratap langit, dibawah temaram alam malam, bintang dan bulan, aku seperti satu butir kecil pasir ditengah alam yang luas. Aku merasa kecil.,...kecil dan tak berdaya.

Kutinggalkan Pantai Apra dengan Beribu Makna

Terima kasih Tuhan, selain keindahan lukisanMu malam ini, engkau berikan ayat-ayat alamMu, yang menyadarkan kekerdilanku.

Tuhan, berikan lagi waktu untukku menyaksikan ayat-ayat alamMu yang lain. ..Amien.
( Momon S. Maderoni )

2 comments:

  1. Wah KRAKATAU....terinspirasi Krakatau DXpedition sepertinya....
    Salam Juga untuk Sang Jagoan Junior....KRAKATAU

    ReplyDelete
  2. WAduh...Krakatau DXpedition nggak akan pernah saya lupakan. Dari sekedar ide sederhana, saya lempar ke rekan-rekan, jadilah kita bisa lakukan Expedisi gaya amatir radio.
    Saya senang di Krakatau. Saya menikmatai kala Krakatau diam, tenang. Tapi saya juga sempat mengalami "dimarahinya". Saat saya naik, tahun 1993, tiba-tiba, ..gelegar..! 18 kali letusan, membuat saya ponting-panting, berlar-lari ditengah menghamburnya batu-batu dan lahara panas..!

    Kita reunian team Krakatau DXpedition ya..!

    de yc0bdy

    ReplyDelete