Wednesday, April 1, 2009

Berdekatan Alam

 

Catatan Kecil, anaku, Rinjani :
 
Kebiasaan menina bobokan dengan dongeng menjelang tidur oleh orang tua kepada anaknya adalah kebiasaan yang lumrah dilakukan.


Namun saat punya anak, jujur saja, aku tidak hapal cerita-cerita itu. Akhirnya yang diceritakan adalah perjalanan saat menjelajah (mendaki gunung, bersepeda, kegiatan SAR dlsb).


Namun tanpa disadari cerita-cerita itu membekas di memory anaku. Yang dia bayangkan pertama kali adalah betapa nikmatnya makan Mie Instant yang dimasak darurat di tengah hutan.


Cerita-cerita itu membangkitkan keinginan tahuan dan akhirnya kecintaan anak pertama ini keadalam kegiatan di alam bebas.
Ia pertama kali menjejak hutan adalah saat usianya belum masuk TK. Ia lalui perjalanan ke Air Terjun Cibeureum, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango tanpa harus digendong.


Inilah catatan kecilnya tentang ia dan alam :

Citra Rinjani :

Berdekatan Dengan Alam
 
Aku dan Alam :
Berkenalan dengan alam semenjak kecil telah menjadi satu dari banyak hal pendorong yang membuat aku menyukai berbagai macam kegiatan yang berkaitan dengan alam.

 
Semakin beranjak dewasa, aku menyadari bahwa ini bukanlah hanya sekedar hobi untuk menyegarkan pikiran dari hiruk pikuknya Ibu Kota. Namun,hal ini telah menjadi bagian dari diriku yang mungkin tak dapat terpisah begitu saja.

Tahun 1996 adalah kali pertamanya aku menjejaki keindahan Gn.Gede. meski tak sampai puncak karena mengingat umurku yang masih 4 tahun, Papaku hanya mengizinkan pendakian air terjun Cibeureum saja. Untuk mencapai lokasi tersebut diperlukan lk. 2 jam perjalanan waktu itu.

Tak terhitung berapa kali aku menjalani trekking menuju Cibeureum bersama Papa, sampai terbesit rasa bosan dan ingin melanjutkan pendakian ke titik yang lebih tinggi lagi.



Papahku, Aku dan Abah Anom, Pemimpin Adat Kasepuhan Banten Kidul

Menjejak Kaki Pertama Kali di Puncak Gunung :
Akhirnya, kesempatan itu datang. Pada tahun 2002 saat duduk di kelas 5 SD, aku terdaftar sebagai peserta KELANA (KonsErvasi dan petuaLAngaN untuk Anak). Bersama Papa,Mama,dan Adik, aku mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk pendakian perdanaku. 4 hari 3 malam lamanya aku berada di tengah hutan. Sangat men
yenangkan!!

Dulu, aku hanya bisa mendengar cerita-cerita dari Papa
mengenai keindahan kawah-kawah,lereng-lereng dan puncak Gn. Gede. Tapi kini, aku ada di tempat yang beliau ceritakan. Melihat bunga-bunga Edelweiss yang bermekaran
di padang Surya Kencana membuatku semakin bersyukur kepada Tuhan. Begitu besar karunia-Nya akan alam raya.
 

Menjadi Pembimbing Pendakian :
Tak disangka, kesempatan kedua datang lagi! Aku dan teman-teman mantan peserta KELANA ditawari untuk menjadi Mentor Junior (MJ) 2003. Tanp
a pikir panjang, aku langsung menerima tawaran itu. Terlebih lagi, pendakian keduaku menuju puncak Gn. Gede ini bersama Krakatau (Hira), adikku.

Jejak-jejak Kakiku :
Selain mendaki Gunung Gede, aku sudah ke Gunung Krakatau, Bromo, Gunung Patuha dengan Kawah Putihnya, menuruni Kawah Gunung Tangkuban Perahu, mengunjungi Kampung Adat Kasepuhan Banten Kidul, Kampung Naga, Suku Baduy, Balai Pusat Konservasi Alam Badogol, Taman Nasional Gunung Halimun tempat habitat burung langka, Elang Jawa, Menyusuri Sungai Ciliwung, Menjelajah Taman Nasional Pangandaran, Menyusur i ”Green Canyon” nya Indonesia di Pangandaran.
Saat usia SD, aku juga pernah melakukan Motoadventure, yaitu mengendari sendiri Motor Trail menjelajah kawasan hutan di Jonggol dan Gunung Solasih.

Beberapa tempat terpencil juga pernah aku kunjungi dengan kendaraan Offroad Papaku. Terinspirasi nilai-nilai petualangan dalam ber-offroad yang didapat Papaku setelah Papa menjadi salah satu anggota penyeleksi Marlboro Adventure Team untuk keterampilan mengendari mobil Jip bagi calon Petualang yang akan di kirim ke Amerika, Papaku mendirikan club penjelajahan alam berkendaraan, Kutulumpur Motoadventure Club. Anggotanya didominasi oleh teman-teman Papaku yang mempunyai basic sebagai anggota / aktivis Search And Rescue (SAR) dan Pecinta Alam. Club ini lebih menekankan nilai-nilai penjelajahan alam, tidak semata offroadnya, dan peduli terhadap lingkungan, mengutamakan kebersamaan serta kegiatan sosial bagi daerah-daerah terpencil.


Perjalanan Offroad ke Taman Nasional Gunung Halimun

Di Kampung Adat Banten Kidul, yang konon masih mempunyai hubungan dekat dengan Suku Baduy, aku diberi ikat kepala oleh Ketua Adat Banten Kidul, Abah Anom yang dipakaikan langsung oleh beliau sebagai tanda Kekerabatan warga.
Memasuki jenjang SMP, aku sudah mulai jarang mendaki gunung lagi. Karena tugas-tugas yang semakin banyak dan kesibukan di OSIS (aku pernah menjabat sebagai Ketua Umum OSIS di SMP Al Azhar di Jakapermai, Bekasi), serta berbagai macam les yang harus aku ikuti. Genap 3 tahun aku tidak mendaki gunung. Rasa kerinduan yang begitu dala m aku rasakan. Ingin rasanya menjejakan kaki dan melangkah menikmati nyanyian burung yang bersahutan. Tidak mendaki selama 3 tahun bukan berarti menghambat kegiatan alam yang lain. Aku pun menjajal kegiatan Off-Road dan Climbin g untuk mengobati rasa rinduku.

Belajar Tali Temali sebelum Climbing

Belajar dari Guru Tertua :
Banyak orang berpikir “untuk apa naik gunung? Cuma bikin capek badan”. Tapi bagiku, kelelahan yang mendera adalah bagian dari melepas rasa penat.
Ketika mendaki, berdekatan dengan alam membuat ketenangan yang tidak dapat aku dapatkan dimanapun. Belajar dan menyatukan hati kita dengan ciptaan Sang Khalik tak ayal membuat kita merasa kecil dan tak pantas menyombongkan diri. “ Alam adalah guru tertua bagi kita” Papa dan Mama selalu menekankan hal itu baik padaku maupun adikku.
Beruntung aku mempunyai keluarga yang selalu mend
ukung kegiatanku ini. Karena mereka selalu siap sibuk disaat aku akan melakukan kegiatan. Terlebih Mama, yang tidak pernah lupa memasukkan vitamin kedalam ranselku.
Aku Belajar Climbing

Tak terhitung lagi banyaknya manfaat yang dapat aku rasakan dari berbagai kegiatan alam ini. Memperluas pergaulan dan mendapatkan teman dari berbagai daerah adalah salah satunya. Entah darimana ketertarikan aku akan kegiatan-kegiatan seperti ini awalnya berasal. Mungkin,karena sering mendengar cerita Papa tentang petualangannya.
 
Dan karena pengalaman petualangannya yang begitu banyak, beliau dan Mama memberikan namaku " Rinjani " dan " Krakatau " untuk adikku. Bangga rasanya mempunyai nama tersebut. Karena jarang orang yang memakai nama itu.



5 comments:

  1. Tulisannya bagus. Serasa merasakan sendiri apa yang diceritakan Rinjani. Keep adventure!

    ReplyDelete
  2. Kang Momon salam buat Putrinya RINJANI....
    Dari dua harmoniku Ayu dan Uwie
    Boedi P

    ReplyDelete
  3. Terima kasih Mas Boedi. Salam kembali buat harmonik dan xyl.

    Kapan-kapan yunior kita ajak bareng rame-rame jalan-jalan ke alam, berguru pada guru tertua kita.

    de.
    yc0bdy

    ReplyDelete
  4. OK Kang jadi pingin jalan jalan bareng kaya dulu...punya email nya Kang Uye gak kang...
    saya di boedi_prasetya@indosiar.com atau boediprasetya@gmail.com
    de
    yd1vuy /yd1bpu (sekarang)

    ReplyDelete