Saturday, July 20, 2013

DARI KOPI SAMPAI EMAS


Jalan-jalan di Mall yg mewah di Ibu Kota negeri ini, melihat deretan tempat "ngopi" modern dari merk lokal sampai kelompok usaha waralaba asing, pikiran melayang ke sejarah bangsa sendiri, yg dilahirkan menjadi budak-budak yg terjajah, tanpa merasakan hasil bumi negerinya sendiri.

Kopi, pada abad 19 telah mendesak kedudukan rempah-rempah lainnya.

Kopi negeri ini, adalah penghasilan, sumber dana terbesar Penjajahaan Belanda.
Kopi begeri ini, tidak saja untuk membiayai jalannya pemerintahan penjajah di negeri ini saat itu, tetapi juga untuk memperkaya negeri dan Bangsa Belanda !

Segelas kopi di Waralaba Asing di Mall itu, kuteguk, rasanya asin, bagai meneguk cucuran keringat para petani yg harus dipaksa menyetor "kontingent" (wajib setor hasil bumi) kepada para penjajah.

Kuhirup asap tipis, dari permukaan segelas kopi itu, aromanya bau, bagai aroma busuk 12.000 bangkai manusia, para pekerja paksa rakyat negeri ini yg meregang nyawa saat membuat jalan Raya Pos, Anyer - Panarukan.

(Esok, lusa, anak-anaku, cucu-cucuku, mungkin akan hanya bisa melihat deretan emas di Toko milik asing, sementara bumi pertiwi tempat ia berpijak telah terkuras emasnya oleh sang bedebah  bangsa asing !)....

No comments:

Post a Comment