Wednesday, July 24, 2013

KETIKA MATA AIR KEHILANGAN SUNGAI



Selembar daun bambu, kulipat ujung-ujungnya, sehigga membentuk segitiga dan satu sisi ujung daun itu dilebihkan.
Kuletakan daun itu diatas air sungai yang jernih, tanpa sampah plastik, yang mengalir di depan Sekolah SD kami.
Lembar daun itu seperti Perahu layar, bergerak kesana kemari, kadang menentang arah arus air, mengikuti dorongan angin yang meniupnya.

Kami gembira melihat gerakan “perahu daunku” yang bergerak kesana kemari, disela-sela waktu istirahat pelajaran sekolah kami.


Di depan sekolah kami, mengalir dua sungai kecil, memanjang sepanjang kiri kanan jalan yang membelah wilayah Desa  dari Utara ke Selatan, yang dikiri kanannya rimbun oleh Pohon Asam.

Sungai kecil itu memanjang sejak dari Ujung Pasar di kampung kami. Di seberang jalan SD kami, masih ada kebun dengan Pohon Bambu yang akar-akarnya terlihat bersinggungan dengan air sungai.

Dari pohon Bambu inilah kami mendapatkan daunnya untuk kami buat mainan Perahu Bambu, pengisi waktu kala istirat pelajaran.

Kini, sungai-sungai kecil itu telah hilang, baik disisi kiri maupun kanan jalan.
Rumah-rumah penduduk sepanjang jalan itu, “memajukan pagarnya”, sehingga bagian suangai menjadi bagian dari halaman.

Semula hanya dibuat, ditutup dengan semen menjadi “jembatan pribadi” sebagai jalan akses ke pintu rumah. Lambat laun menjadi tertutup semua. Seiring dengan itu bagain sungai itu sudah tidak menjadi gorong-gorong, diurug dan diratakan.

Kata Air pada manusia :
" Jangan kau umpat aku, karena tak lama lagi kalian membutuhkanku, sementara aku sudah ke laut lepas.

Maafkan aku melewati jalanmu, karena jalanku tlah kau sumpal dengan sampah dan tembok tembok yang menjarah jalanku.

Maafkan aku masuk ke rumah-rumahmu, karena rumahku dibawah pohon, hutan-hutan tlah kau rambah..!" 


Kata Sungai pada manusia :
“ Kami bukan wc umum tempat akhir saluran kotoran manusia, kami bukan tempat sampah massal, bukan pula tampungan limbah industri, yang menyebabkan binatang penghuni kami mati. Biarkan Kami menjadi nandi kehidupan untuk ladang-ladang, maka janganlah kami dipersempit salurannya. 
Biarkan anak-anak riang bersama kami, dalam kesegaran air, kelebaran saluran dan dalamnya lubuk-lubuk kami…! ”

Kini, hilanglah sungai dari Peta Desa kami, seiring pula hilang “ kenikmatan anak-anak bermain dengan alam ”, bermain dengan sungai dan air…!

....ketika Air kehilangan Sungai
....ketika Sungai terampok wilayahnya
....ketika Sungai menjadi tempat sampah
....ketika akar tanaman menjadi langka
....ketika kita lebih senang  “ membabat “ dari pada  “ menanam “
Maka.....MATA AIR menjadi AIR MATA....!
Selamat datang Banjir...!


No comments:

Post a Comment