Selembar daun bambu, kulipat ujung-ujungnya, sehigga
membentuk segitiga dan satu sisi ujung daun itu dilebihkan.
Kuletakan daun itu diatas air sungai yang jernih, tanpa
sampah plastik, yang mengalir di depan Sekolah SD kami.
Lembar daun itu seperti Perahu layar, bergerak kesana
kemari, kadang menentang arah arus air, mengikuti dorongan angin yang
meniupnya.
Kami gembira melihat gerakan “perahu daunku” yang bergerak
kesana kemari, disela-sela waktu istirahat pelajaran sekolah kami.
Di depan sekolah kami, mengalir dua sungai kecil, memanjang
sepanjang kiri kanan jalan yang membelah wilayah Desa dari Utara ke Selatan, yang dikiri kanannya
rimbun oleh Pohon Asam.
Sungai kecil itu memanjang sejak dari Ujung Pasar di kampung
kami. Di seberang jalan SD kami, masih ada kebun dengan Pohon Bambu yang
akar-akarnya terlihat bersinggungan dengan air sungai.
Dari pohon Bambu inilah
kami mendapatkan daunnya untuk kami buat mainan Perahu Bambu, pengisi waktu
kala istirat pelajaran.
Kini,
sungai-sungai kecil itu telah hilang, baik disisi kiri maupun kanan jalan.
Rumah-rumah
penduduk sepanjang jalan itu, “memajukan pagarnya”, sehingga bagian suangai menjadi
bagian dari halaman.
Semula hanya
dibuat, ditutup dengan semen menjadi “jembatan pribadi” sebagai jalan akses ke
pintu rumah. Lambat laun menjadi tertutup semua. Seiring dengan itu bagain
sungai itu sudah tidak menjadi gorong-gorong, diurug dan diratakan.
Kata Air pada manusia :
" Jangan kau umpat aku, karena tak lama lagi kalian membutuhkanku, sementara aku sudah ke laut lepas.
Maafkan aku melewati jalanmu, karena jalanku tlah kau sumpal dengan sampah dan tembok tembok yang menjarah jalanku.
Maafkan aku masuk ke rumah-rumahmu, karena rumahku dibawah pohon, hutan-hutan tlah kau rambah..!"
" Jangan kau umpat aku, karena tak lama lagi kalian membutuhkanku, sementara aku sudah ke laut lepas.
Maafkan aku melewati jalanmu, karena jalanku tlah kau sumpal dengan sampah dan tembok tembok yang menjarah jalanku.
Maafkan aku masuk ke rumah-rumahmu, karena rumahku dibawah pohon, hutan-hutan tlah kau rambah..!"
Kini, hilanglah
sungai dari Peta Desa kami, seiring pula hilang “ kenikmatan anak-anak bermain
dengan alam ”, bermain dengan sungai dan air…!
No comments:
Post a Comment