Pintu-pintu
tenda tersibak, warna putih menebar, menyelimuti padang luas.
Di sisi timur sebuah bukit batu, cahaya matahari pagi menerobos awan dibalik bukit itu, bersemangat menyambut para tamuNya.
Tapi kemana si Kakek yang tadi malam tak jauh disampingku ?
Semalam terdengar Suara nafasnya terengah-engah. Sesekali batuk.
Kulit keriput dimakan usia, pipinya mengkerut karena sudah ompong.
Tak ada kasur yang empuk, badan kami dan tanah hanya tersekat alas tenda. Jutaan manusia dalam "ketelanjangan diri" dosa, malam itu bermalam di hamparan padang luas.
Zikir, doa, penuh harap, dan mohon ampunan, terdengar dari tenda-tenda yang terhampar memenuhi setiap jengkal padang itu.
Raga-raga duduk tafakur, jiwa-jiwa merenung perjalanan hidup, bagai meditasi dan instropeksi, bermuara pada penyesalan dan harapan mendapat ampunanNya. Air mata menetes antara ucap bibir yang pelan.
Kakek
itu terkulai lemah di kursi roda.Tangannya mengenggam pinggir kursi rodanya.
Berbantal tas kecil berisi pakain
ganti seadanya, aku tidur dalam satu tenda tak jauh dengan si Kakek itu.
Nafasnya semakin jelas terdengar, bersahutan lembut dengan lafadz doa-doa. Sesekali batuknya mengundang aku untuk menoleh kearah arahnya.
Perjalana berat membuat mata terlelap
Jelang subuh, aku bangun.
Kemana si Kakek ?
Innalillahi wa inaillaihi rojiu'n, dia menghembuskan nafas terakhir, menemui Sang Khaliq jelang Wukuf di Padang Arafah........
No comments:
Post a Comment